Perbedaan antara yang MUNGKIN dan TIDAK MUNGKIN, terletak pada TEKAD KITA.

Jumat, 10 September 2010

Ucapan Idul Fitri


Ketika Sang Mentari bulan Ramadhan baru saja sirna di Ufuk Barat sana, saat bulan sabit Syawal mengembangkan senyum untuk seluruh penduduk bumi, yang disambut dengan suara riuh rendah kumandang tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir yang menggema seantero jagad raya. Misi utama yang diemban oleh insan Anak Adam adalah mengagungkan Asma Allah, Tuhan Yang Maha Perkasa. Perasaan suka dan duka berkecamuk mengharu biru di relung sukma.
Perasaan suka karena datangnya Hari Kemenangan Idul Fitri setelah melaksanakan tarbiyah, amaliyah, ibadah, dan menang dalam menjinakkan hawa nafsu di Bulan Suci Ramadhan. Kemenangan di Idul Fitri hakikatnya adalah agar kita kembali kepada fitrah, kembali kepada kesucian. Sejatinya kita memang harus membuka lebar pintu maaf dan samudera ampun kepada kerabat dan handai tolan. Hilangkan segala dendam kesumat, tanggalkan rasa benci, musnahkan sifat selalu berprasangka buruk kepada orang lain, tuntaskan konflik kepada sesama, buang jauh-jauh rasa permusuhan. Tumbuhkan rasa persaudaraan, kebersamaan, dan kekompakan untuk menjadi umattan wahidah, umat yang satu, yang harus tunduk pada ketentuan Allah.
Perasaan duka, karena tidak ada yang dapat menjamin bahwa akankah kita akan bersua dengan Ramadhan berikutnya? Padahal bulan Ramadhan merupakan bulan yang sangat banyak mengandung hikmah dan kemuliaan.
Sebagai hamba yang fakir dan dhaif, yang mungkin tidak adil dalam berbuat, tidak bijaksana dalam bertindak, tidak etis dalam bersikap, tidak ramah dalam bertutur, tidak konsekwen dan konsisten dengan janji yang pernah terikrar, tidak patuh dengan amanah dan nasihat, dan sejuta kealfaan lainnya,maka di Hari Kemenangan ini, dari lubuk hati yang paling dalam, saya memohon dibukakan pintu maaf dan ampun yang seluas-luasnya. MINAL AIDIN WAL FAIDZIN, MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN. TAQABALLAHU MINNA WAMINKUM.