Perbedaan antara yang MUNGKIN dan TIDAK MUNGKIN, terletak pada TEKAD KITA.

Senin, 20 Juni 2011

Kasih Sayang Ibu


"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia"
[Al Israa' , ayat 23 ]

"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil."
[Al Israa' , ayat 24 ]


Saat kau berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanmu.
Sebagai balasannya, kau menangis sepanjang malam.

Saat kau berumur 2 tahun, dia mengajarimu bagaimana cara berjalan.
Sebagai balasannya, kau kabur saat dia memanggilmu.

Saat kau berumur 3 tahun, dia memasakkan semua makananmu dengan kasih sayang.
Sebagai balasannya, kau buang piring berisi makanan ke lantai.

Saat kau berumur 4 tahun, dia memberimu pensil berwarna.
Sebagai balasannya, kau coret-coret dinding rumah dan meja makan.

Saat kau berumur 5 tahun, dia membelikanmu pakaian-pakaian yang mahal dan indah.
Sebagai balasannya, kau memakainya untuk bermain di kubangan lumpur dekat rumah.

Saat kau berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi ke sekolah.
Sebagai balasannya, kau berteriak."NGGAK MAU!!"

Saat kau berumur 7 tahun, dia membelikanmu bola.
Sebagai balasannya, kau lemparkan bola ke jendela tetangga.

Saat kau berumur 8 tahun, dia memberimu es krim.
Sebagai balasannya, kau tumpahkan hingga mengotori seluruh bajumu.

Saat kau berumur 9 tahun, dia membayar mahal untuk kursus bahasamu.
Sebagai balasannya, kau sering bolos dan sama sekali tidak pernah berlatih.

Saat kau berumur 10 tahun, dia mengantarmu ke mana saja, dari kolam renang hingga pesta ulang tahun.
Sebagai balasannya, kau melompat keluar mobil tanpa memberi salam.

Saat kau berumur 11 tahun, dia mengantar kau dan teman-temanmu ke bioskop.
Sebagai balasannya, kau minta dia duduk di baris lain.

Saat kau berumur 12 tahun, dia melarangmu untuk melihat acara TV khusus orang dewasa.
Sebagai balasannya, kau tunggu sampai dia di keluar rumah.

Saat kau berumur 13 tahun, dia menyarankanmu untuk memotong rambut, karena sudah waktunya.
Sebagai balasannya, kau katakan dia tidak tahu mode.

Saat kau berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kempingmu selama sebulan liburan.
Sebagai balasannya, kau tak pernah meneleponnya.

Saat kau berumur 15 tahun, dia pulang kerja ingin memelukmu.
Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.

Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya.
Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.

Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.
Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.

Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA.
Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.

Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama.
Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.

Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, "Dari mana saja seharian ini?"
Sebagai balasannya, kau jawab,"Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!"

Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan.
Sebagai balasannya, kau katakan,"Aku tidak ingin seperti Ibu."

Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi.
Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.

Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu.
Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.

Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan.
Sebagai balasannya, kau mengeluh,"Aduuh, bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?"

Saat kau berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai penikahanmu.
Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.

Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya,"Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!"

Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat.
Sebagai balasannya, kau jawab,"Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu."

Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu.
Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.

Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam HATI mu bagaikan palu godam.

Sabtu, 18 Juni 2011

SISI LAIN MENGHADAPI UJIAN UNTUK RAIH PRESTASI


Ketika berbincang ringan dengan teman saya, Sani Bin Husain di sudut Kampus Manajemen Pendidikan Jl. Kelua, Universitas Mulawarman, Samarinda, ada satu tips menarik bagi peserta didik kita dalam menghadapi Ujian Nasional. Bukti nyata dari hasil pengembangan belajar yang Beliau terapkan, adalah nilai maksimal (100) yang diperoleh beberapa siswa SMP IT Cordova dalam UN 2011 tadi. Tak heran Beliau mendapat reward dari Yayasan untuk melakukan studi banding di beberapa daerah luar Provinsi Kalimantan Timur.

Berangkat dari pembicaraan ringan tersebut, memberikan inspirasi bagi saya untuk sekadar sumbang pemikiran mengenai tips meraih prestasi dalam menghadapi Ujian Nasional (UN), yang selama ini masih menjadi momok bagi para calon peserta UN.

1.Tingkatkan Motivasi Belajar.
Peserta didik yang tanpa motivasi berarti mati suri. Sukses tidaknya peserta didik dalam menghadapi UN sangat ditentukan oleh tinggi-rendahnya motivasi siswa dalam mempersiapkan diri menghadapi UN. Peserta didik akan memiliki energi belajar yang luar biasa manakala memiliki motivasi yang kuat dan hebat.

2.Hadapilah UN dengan Tenang dan Proporsional.
Hadapilah ujian ini dengan sikap yang tenang dan proporsional bahwa ujian sebagai sesuatu yang harus dihadapi, dilalui. Sikap tenang akan memungkinkan kita menyusun rencana dan menentukan strategi jitu untuk menjalaninya dengan senang.

3.Perbanyaklah Mengerjakan Latihan Soal.

Ala bisa karena biasa” Peserta didik harus kita tingkatkan porsi berlatih memecahkan latihan-latihan soal ujian dengan cepat, cermat, dan tepat. Dengan sering berlatih maka kita terbiasa dan terlatih, sehingga tidak cemas atau grogi dalam menghadapi soal Ujian Nasional (UN). Kapan waktunya? Awal tahun ajaran manakala peserta didik duduk di kelas terakhir pada jenjang pendidikan, atau satu tahun sebelum UN dilaksanakan.

4.Mohon Doa Restu dari Orang Tua.
Satu hal yang banyak terlupakan oleh peserta didik kita adalah doa dari Sang Ibunda yang mempunyai kekuatan dan energi sangat dahsyat untuk sebuah prestasi. Yakinlah bahwa jika kita lulus maka orang tua kita akan senang dan bangga. Jadikanlah perjuangan menghadapi UN sebagai ajang untuk mempersembahkan yang terbaik kepada kedua orang tua kita tercinta. Sujudlah ke pangkuan mereka di setiap kesempatan sembari memohon doa restu pada mereka agar kita diberi kemudahan demi kemudahan dalam setiap ajang perjuangan kita. Senyum bahagia yang mengembang dari sudut bibir orang tua, merupakan harta yang sungguh sangat bermakna dan mulia.

Semoga bermanfaat!

Untaian Kata Siswa Kelas VI SDN 015


Bapak, Ibu, hadirin yang kami muliakan!
Perjalanan sang waktu yang terus berpacu, maju, dan melaju. Melangkahi detik, menjamah menit, menggapai minggu, dan merambah windu. Tak ada kekuatan manapun yang kuasa untuk menahan sang waktu. 72 minggu lamanya, tak terasa telah berlalu.

Ketika Sang Mentari, baru saja membiaskan sinar seraya menampakkan senyumnya di awal pagi. Ketika daun-daun di pepohonan masih bergelayut dengan embun putih.
Ketika kelopak bunga mulai mekar 'tuk menebarkan aroma yang harum semerbak.
Kami sebagai anak desa, sudah siap berpakaian seragam sekolah dasar untuk pergi menuntut ilmu. Kami perlu pengetahuan, kami haus pendidikan. Kami dambakan bimbingan. Bimbingan tulus dari Guru-guru kami tercinta.

Kenangan-kenangan manis itu dengan seksama kami jalani, semenjak kami masih belum tahu aksara, belum mengerti merangkai kata demi kata, belum bisa matematika, belum tahu apa-apa…….. hingga bisa seperti sekarang ini, menjadi siswa yang telah lulus di jenjang pendidikan di sekolah dasar.


Dalam kesempatan yang mulia ini, dari ujung rambut yang paling atas, dan dari ujung telapak kaki yang paling bawah, kami menghaturkan ucapan terima kasih yang tak terhingga, dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu dan Bapak Guru, yang telah bersusah payah mendidik kami, yang telah menyumbangkan fikiran dan ide-ide cemerlang untuk menjadikan kami sebagai manusia berharga dan berakhlak mulia. “ Semoga jasa-Mu yang tiada tara, mendapat balasan yang jauh lebih sempurna dari Yang Maha Bijaksana!” Amin Ya Robbal ‘alamin.

Kemudian atas tingkah polah kami yang sempat membuat hati-Mu benci, emosi,bahkan marah,kami memohon dengan segala kerendahan hati untuk dibukakan pintu maaf dan samudera ampun yang seluas-luasnya.
Sekali lagi;
“Maafkan kami, Pak!”
“Maafkan kami, Bu!”

Kepada adik-adik kami tercinta, yang sesaat lagi akan kami tinggalkan, kami titipkan pesan mulia. Jadilah tunas-tunas bangsa yang berakhlak mulia, yang berguna untuk agama, masyarakat, Nusa dan Bangsa Indonesia tercinta.
Selamat tinggal Adek-Adekku tercinta!
Selamat tinggal Bapak/Ibu Guru Kami tercinta!
Selamat tinggal kepada seluruh Keluarga Besar SDN 015!
Semoga tetap jaya dan berguna pendidikan masa depan anak-anak bangsa.

Sabtu, 04 Juni 2011

Balada Seorang Sahabat

Kemarin...
Kudapatkan dia masih menyunggingkan sekuntum senyum
senyum manis dan indah
senyum yang mampu merambah dan menusuk ke belahan sukma
Ingin aku kembali meraih senyum itu
Ingin kuabadikan dalam lukisan sederhana
Tapi...tapi ternyata senyum itu adalah senyum persembahan terakhir

Hari ini dia telah terbaring membisu, tak bergerak, tak bernafas
yang dikelilingi para pelayat 'tuk berbelasungkawa
mereka semua menyuarakan doa-doa suci dan mulia
suasana menjadi haru biru,
suasana menjadi getir,
suasana menjadi sedih, ditimpali raungan tangis-tangis duka yang berkepanjangan..

Aku terpukau tak percaya, memandang tubuh sahabatku yang terbujur kaku.
Pandanganku menjadi kabur oleh butiran bening dari kelopak mata yang tak kuasa kutahan...

Tangisku semakin menjadi ketika bapak sahabatku memelukku erat...
Lama kami tenggelam dalam lautan haru dan kesedihan....

Selamat berpisah kawan...
Semoga dosa-dosamu diampuni Sang maha Pengampun..
dan arwahmu ditempatkan di Surga-Nya Sang Maha Bijaksana...

Karya: Sastra Fathamorgana

Untukmu Saudaraku, Para Guru


Detak sang waktu, yg berpacu maju, terus melaju.
Melangkahi detik, menjamah menit, meniti hari, memburu minggu, menggapai windu...
Rentang masa 23 hari pun telah berlalu ...memupuskan masa pelatihan, mengakhiri pertemuan, mempurnakan canda cengkrama...menggoreskan kesan dan mengukir secawan kenangan.
Aku ingin bertanya kepadamu wahai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa?
Sudahkah kau berkas ilmu yg kau dapat?
Sudahkah ototmu kuat seperti baja?
Adakah nyalimu berani seperti pahlawan bangsa?
Kalau kau katakan darahmu darah perkasa, bajumu baju kencana,
Siapkah kau menjamah belukar, menyibak semak, dan menepis halang rintang yg menunggu di hadapanmu?
Sudah siapkah mentalmu menghadapi puluhan anak lugu yg miskin ilmu?
Percuma engkau mengenyam ilmu, kau telusuri setiap jengkal pendidikan, tanpa kau tuangkan kepada anak manusia yg memerlukan.
Saudaraku.. Mari kita kayuh dayung, menarik sampan, menuju secercah harapan... Bergelut dgn gelombang perjuangan... di sana.... Di tempat kita akan memulai hidup baru yg bersahaja. Semoga....!

Karya: BY