Ketika Sang Surya 10 Zuhijjah, mulai merangkak menyapa alam semesta, gema takbir, tasbih, tahmid, dan tahlil pun membahana di seluruh penjuru dunia. Kita semua yang hadir di Masjid Jamiatul Amaliah ini, larut dalam haru biru perayaan ‘Idul Adha. Seolah-olah tumpah-ruah menjadi satu, bersama 1,57 milyar, umat muslim yang mendiami planet bumi. Sementara itu, pada 9 Dzulhijjah kemarin, dengan suhu 35 celcius lebih 168 ribu jamaah haji asal Indonesia, atau lebih dari 3 juta saudara kita kaum Muslimin dari seluruh penjuru dunia telah berkumpul di Padang Arafah, menunaikan ibadah haji, rukun Islam yang kelima.
Alhamdulillâhi Rabbil
al-âlamîn,
segala puji hanyalah pantas milik Allah Swt, Tuhan semesta alam. Shalawat dan
salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita, Rasulullah
Muhammad Saw, beserta keluarga, para shahabatnya, dan seluruh umatnya
senantiasa berjuang tak kenal lelah untuk menerapkan dan menyebarluaskan risalahnya ke seluruh pelosok dunia hingga akhir zaman.
Pagi
ini, memori sejarah membawa kita pada kenangan
ribuan tahun lalu, tentang jasa besar manusia-manusia agung yang telah
menciptakan arus terbesar dalam sejarah manusia, yang merupakan cikal bakal, untuk membentuk arah
kehidupan, membuka lebar-lebar mata dan hati kita, guna meraih
hikmah dari nilai sejarah. Lebih dari 4000 tahun lalu, tiga Insan Mulia
tersebut adalah, Ibrahim,
Hajar, dan Ismail, berjalan kaki lebih dari 2000 km jaraknya. Mungkin hampir setara jarak antara Muara Kaman - Palangkarya atau dari
negeri Syam – yang sekarang menjadi Syria, Palestina, Jordania dan Lebanon –
menuju jazirah tandus – yang oleh Al Qur’an disebut sebagai lembah yang tak
ditumbuhi tanaman apapun.
Bayangkan, di Jazirah yang tandus tersebut, bagaimana mereka harus memulai sebuah
kehidupan baru, tanpa siapa-siapa,
dan tanpa apa-apa. Mereka membangun ka’bah dan memulai peradaban baru. Tidak kurang 42 generasi dari anak cucu Ibrahim secara turun temurun
hingga Nabi Muhammad saw. membawa agama Tauhid ini dan mengubah jazirah itu
menjadi pusat dan pemimpin peradaban dunia.
Ka’bah pada mulanya hanya ditawafi 3 manusia agung itu, kini setiap tahunnya ditawafi sekitar 5 juta manusia dari seluruh pelosok dunia yang melaksanakan ibadah haji – dan dalam beberapa tahun ke depan akan ditawafi sekitar 12 juta manusia setiap tahun. Menurut Metrotvnews.com Proyek perluasan Masjidil Haram sejak pekerjaan dimulai pada Januari lalu, proyek sudah selesai 30% dengan menelan biaya 100 miliar Riyal atau sekitar Rp300 triliun.
Di moment penting Hari Raya Idul Adha ini, kita juga selalu mengenang
kembali peristiwa agung pengorbanan Nabi Ibrahim dalam menaati perintah Allah Azza wajalla,
untuk menyembelih putranya, Ismail. Bagi Nabi Ibrahim, Ismail adalah buah hati,
harapan dan kecintaannya, yang telah sangat lama didambakan. Tapi karena cinta-Nya yang begitu besar kepada Allah, sanggup mengalahkan
cintanya kepada sang anak, harta, tahta, yang bersifat duniawi semata.
Ma’asiral muslimin rahimakumullah,
Peritiswa sejarah di atas, seharusnya menjadi teladan bagi kita saat ini.
Tidak hanya teladan dalam pelaksanaan ibadah haji dan ibadah qurban, namun juga
teladan dalam berjuang dan
berkorban
demi terwujudnya ketaatan kepada hukum-hukum
Allah
Swt secara kaffah, secara komparatif atau menyeluruh.
Potret kekinian, karena masih
diabaikannya hukum-hukum Allah secara syariat: kehidupan kaum Muslimin masih terpuruk
dan terjajah. Saudara-saudara kita di Suriah, Mesir, Palestina, Iraq,
Afghanistan, Xinjiang, Chechnya, Rohingya, Thailand Selatan, Moro Filifina, dan lainnya, dijajah, disiksa, dibantai dan
banyak yang diusir dari negerinya.
Sementara
di Indonesia, meski dicanangkan komoditas unggulan yang berlebel untuk
kepentingan rakyat, dari BLSM sampai ADD di tingkat pedesaan belumlah menuai
hasil yang optimal. Rakyat
kita masih banyak terhimpit
kemiskinan, kekayaan alam kita dikeruk
oleh korporasi asing, dan korupsi kian merajalela. Kasus yang terakhir, Ketua
Mahkamah Konstitusi tertangkap tangan oleh KPK dengan barang bukti uang tunai sekitar Rp 2
milyar. Korupsi ini melibatkan tiga lembaga tinggi negara sekaligus,
yakni yudikatif, legislatif, dan eksekutif. Hal ini berimbas kepada hasil Pilkada di Lebak, Banten, Gunung Mas-
Kalteng, dan beberapa daerah lainnya.
Ma’asiral muslimin rahimakumullah,
Kondisi tersebut tak
boleh didiamkan. Umat Islam harus bangkit dan siap berjuang untuk mewujudkan
perubahan besar dunia, menuju penerapan syariah Islam secara kaffah, sebagaimana yang
diinginkan oleh Allah Swt melalui firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah: 208:
Hai
orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu.
Untuk
mengaplikasikan dan merealisasikannya, dibutuhkan institusi
yang mewadahinya. Institusi tersebut adalah Khilafah Islamiyah yang berfungsi sebagai munaffidzah al-syarî’ah
atau pelaksana
syariah. Hanya dengan Khilafah, Islam dapat ditegakkan secara sempurna dan
hukum-hukumnya dapat ditegakkan secara menyeluruh.
Sejarah telah mencatat, Rasulullah Saw dan
para shahabatnya telah menjadikan perjuangan dakwah untuk menerapkan syariah
dalam naungan Daulah Islam Madinah, sebagai perkara hidup atau mati. Beliau selalu menegaskan: bahwa tidak akan mundur selangkah pun hingga
kemenangan itu datang, atau gugur sebagai syuhada dalam perjuangan.
Rasulullah bersabda:
“Demi Allah,
andai saja mereka bisa meletakkan matahari di tangan kananku, dan bulan di
tangan kiriku, (lalu mereka minta) agar aku meninggalkan urusan (agama) ini,
maka demi Allah, sampai urusan (agama) itu dimenangkan oleh Allah, atau aku
binasa di jalannya, aku tetap tidak akan meninggalkannya.” (HR.
Ibn Hisyam)
Karenanya
wajib bagi kita kaum Muslimin untuk terus-menerus berjuang dan berusaha keras, serta bertekad untuk menerapkan syariah Islam dengan
menegakkan Khilafah, sebagai bentuk ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.
Memang, perubahan besar dunia menuju tegaknya Khilafah
tersebut tidaklah mudah, diperlukan
perjuangan dan pengorbanan yang besar dari segenap kaum Muslimin. Dengan
pengorbanan itu, insya Allah sesulit apapun
perjuangan dan pengorbanannya, hasil yang diraih akan terukir manis dengan
tinta emas.
Sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah Swt:
“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman
dan beramal shalih di antara kalian, bahwa Dia benar-benar akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum
mereka berkuasa; Dia benar-benar akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
Dia ridhai untuk mereka; dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka
—sesudah mereka berada dalam ketakutan— menjadi aman sentosa. Mereka tetap
menyembah Aku tanpa mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun. Siapa saja yang
kafir sesudah janji itu, mereka itulah orang-orang yang fasik”. (QS. An-Nuur: 55)
Akhirnya,
marilah kita memohon kepada Allah, semoga Allah Swt mengabulkan seluruh
permohonan kita, memberi
kita kesabaran dan keikhlasan, serta menguatkan kita untuk berperan penting
dalam upaya melakukan perubahan besar dunia menuju tegaknya Khilafah Islamiyah.
Marilah kita bangkit membebaskan diri kita dari keserakahan
dan kebakhilan, kesedihan dan ketakutan, kelemahan dan ketidakberdayaan,
egoisme dan perpecahan. Marilah kita bangkit dengan
semangat dan keyakinan penuh bahwa kita bisa memimpin umat manusia kembali jika
kita mau bekerja keras dan berkorban demi cita-cita besar kita.