Kaum
Muslim, Sidang Majelis Jumat Rahimakumullah.
Kehidupan
yang sekarang kita jalani, adalah buah dari kehidupan sejarah masa lalu.
Termasuk kemerdekan yang baru saja kita raih dari belenggu penjajahan 69 tahun
yang lalu. Sebagai insan yang telah menikmati hidup di alam kemerdekaan,
pantaslah kita selalu bersyukur kehadirat Allah Azza wajalla, yang telah
memberikan Rahmat dan Nikmat dalam setiap kehidupan kita. Semoga dengan
bersyukur, nikmat kita rasakan semakin
bertambah, dan takwa kita semakin berkualitas.
Sahalawat
dan Salam tentu saja selalu tercurah kepada Pemimpin Sejati Nabi Muhammad SAW.
Untuk keluarga, sahabat, dan Pengikut Beliau sampai akhirul zaman.
Kaum
Muslimin Jamah Jumat, Rahimakumullah
Prof.
Arnold Toynbee, seorang sejarawan dan Filosoof abad ke 20 dalam bukunya An Historians Approach to Religion
mengatakan, tiada suatu jiwapun yang hidup di alam raya ini tanpa mendapatkan
tantangan dan rangsangan untuk memikirkan misteri alam semesta dan
mengungkapkan masa lalu yang penuh peristiwa.
Ungkapan
ini mengisyaratkan kita bahwa di balik keindahan alam nan indah eksotik dan
mempesona, kesempurnaan struktur natural dan peraturannya yang menakjubkan,
tersimpan kesan-kesan masa lalu yang patut kita telusuri, kita baca, kita teliti, dan kita gali untuk
menjadi batu pijakan dalam melangkah dan menggapai kemuliaan di masa datang. Sebab,
bila kita tak mau menengok ke belakang, tidak pandai bercermin pada sejarah,
kita tidak akan pernah tahu dan menghargai jasa para leluhur. Akibatnya, kita
akan terjatuh dua kali dalam satu lubang, kita akan mengulangi kegagalan. Kita
diibaratkan seperti seorang buta yang berjalan tanpa tongkat, kita akan sulit
bangkit, maju dan jaya. Apalagi bersaing dan sejajar dengan orang yang sudah
maju. Itulah pentingnya kita bercermin pada sejarah masa lalu.
Kaum
Muslimin Jamah Jumat, Rahimakumullah
Berkenaan
dengan pentingnya mempelajari sejarah, maka pada kesempatan ini khotib akan sedikit
menyumbang gagasan dalam judul khutbah: Menjadikan
Sejarah sebagai Cermin Kehidupan dalam Menyongsong Masa Depan, Dengan
landasan QS Ali Imran ayat 137:
Sesungguhnya Telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah[230]; Karena
itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat
orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
Ayat
ini dijelaskan oleh Imam Ali As-Shabuni, bahwa telah berlaku sunah-sunah Allah
pada umat-umat terdahulu berupa kehancuran, akibat sikap menentang mereka
kepada para utusan Allah. Melalui ayat ini kita diperintahkan supaya mengambil
pelajaran dan peristiwa masa lalu, dengan menyaksikan kehancuran-kehancuran
yang pernah menimpa para pendusta dan pelaku dosa.
Dengan
mempelajari sejarah masa lalu kita akan menemukan sosok Fir’aun, seorang tirani,
dictator, gila hormat, rakus kekuasaan serta memaksa rakyat untuk memuji dan
memuja bahkan sampai pada puncak kedurjanaannya, memproklamirkan diri menjadi
Tuhan dan akhirnya dia ditenggelamkan di Lautan Merah.
Bagaimana
jika jika kisah masa lalu itu kita kaitkan dengan kondisi zaman sekarang,
terutama di Negeri kita tercinta ini? Ternyata, sosok-sosok pembangkang,
pelanggaran aturan-aturan Allah, pelaku maksiat, manusia-manusia sombong, yang
berebut jabatan, masih bergentayangan di negeri ini.
Bukankah
di Negeri ini memiliki aktor-aktor tangguh yang tampil di panggung sejarah
dengan mengagumkan, seperti Sang Proklamator Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Imam
Bonjol, Pangeran Diponegoro, Sultan Hasanuddin, Teuku Umar. Mereka dengan
ikhlas mengorbankan jiwa raga bahkan nyawa sekalipun, dengan satu tujuan untuk
mengusir kaum imperialis dari persada Bumi Indonesia. Semua itu mereka lakukan
dengan dasar rasa cinta yang tinggi terhadap tanah air.
Jika
kita ingin membuka jalan kejayaan di masa lalu untuk menyongsong masa depan
yang cerah, maka kita patut mencontoh, meniru dan meneladani sifat dan sikap
leluhur kita itu, yakni menumbuhsuburkan rasa cinta yang tinggi terhadap tanah
air. Rasulullah SAW menandaskan “Cinta Tanah Air itu Sebagian dari Iman.”
Karenanya
kita harus satu pendapatbahwa sejarah tidak cukup hanya ditulis, dibukukan,
dimuseumkan, diajarkan, diseminarkan. Namun lebih jauh dari itu, penelitian dan
penggalian sejarah harus dijadikan cermin yang membawa kea rah perubahan total
akhlak dan sikap kita menuju arah yang lebih baik, guna menyongsong kemuliuaan
di masa mendatang.
Apa
yang harus kita lakukan dan siapkan?
Jawabannya
tak lain adalah: Kita harus memperteguh keimanan dan ketakwaan. Kita jadikan
sejarah sebagai sarana memperteguh keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah.
Hal ini pernah ditegaskan Allah dalam Surah Hud ayat 120:
Dan
semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang
dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surat Ini Telah datang kepadamu
kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.
Demikian
penjelasan Allah tentang hikmah menjadikan sejarah sebagai cermin, yaitu
keteguhan hati, keyakinan terhadap kebenaran janji Allah terhadap para pelaku
sejarah, serta kesiapan menjadikan sejarah sebagai cermin dalam menyongsong
masa depan yang lebih berharga.
Ingatlah
: Panggung sejarah selalu dimainkan oleh tokoh yang terbaik dan terburuk. Dan
kita harus bercermin dari peristiwa YANG BURUK UNTUK TIDAK TERJADI PADA
KEHIDUPAN KITA. Dan menjadikan contoh serta teladan terhadap tokoh-tokoh
sejarah yang mulia untuk menjadi lampu penerang dalam melangkah menuju masa
depan yang cerah.