Perbedaan antara yang MUNGKIN dan TIDAK MUNGKIN, terletak pada TEKAD KITA.

Senin, 27 Oktober 2014

SAMBUTAN MENPORA RI PADA UPACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-86 TAHUN 2014






Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Salam Sejahtera bagi kita semua. Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT - Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kita masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat memperingati hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia yang kita cintai ini, yaitu Hari Sumpah Pemuda. Kita juga patut berterima kasih kepada para tokoh pemuda yang pada tahun 1928 telah mampu menggagas dan mewujudkan ide-ide kebangsaan yang terangkum sangat indah dalam naskah Sumpah Pemuda. Kita juga patut memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar para pahlawan bangsa yang menjadi deklarator Sumpah Pemuda mendapatkan tempat yang layak disisi-Nya sesuai dengan amal baktinya terhadap bangsa dan negara.

Hadirin Peserta Upacara yang kami hormati, khusunya para Pemuda yang kami banggakan.

Setiap kali kita memperingati Hari Sumpah Pemuda, maka yang terbayangkan adalah heroisme tanpa kenal lelah dari para pemuda kita untuk mendeklarasikan gagasan perjuangan dan mewujudkan ide cemerlangnya tentang Negara Indonesia, tentang tekad bulatnya untuk mewujudkan satu bangsa, satu tanah air dan menjunjung bahasa persatuan yakni bahasa Indonesia.

Dalam sejarah perjuangan bangsa, Hari Sumpah Pemuda merupakan momentum historis yang teramat
penting dan menjadi bagian tak terpisahkan dari mata rantai perjuangan bangsa kita. Bagi para pemuda Indonesia, Sumpah Pemuda merupakan manifestasi dari kepeloporan dan kepeduliannya untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang mandiri dan sejajar dengan bangsa bangsa lain di dunia. Sedangkan bagi kita semua, dengan segala kemajemukan yang kita miliki, Sumpah Pemuda merupakan momentum sejarah yang berhasil menyatukan tekad dan semangat seluruh komponen bangsa untuk melakukan perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme, yang pada akhirnya berhasil mewujudkan suatu Negara Indonesia yang berdaulat adil dan makmur. Sumpah Pemuda telah membulatkan tekad dan semangat seluruh anak bangsa untuk berjuang dan tetap menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pelbagai upaya rongrongan terhadap disintegrasi bangsa dengan tekad NKRI adalah Harga Mati.

Hadirin Peserta Upacara yang kami hormati, khusunya para Pemuda yang kami banggakan.

Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-86 tahun ini mengangkat tema ”Bangun Soliditas Pemuda Maju dan Berkelanjutan”. Tema tersebut mengandung pesan bahwa kita berupaya agar para pemuda dapat memainkan perannya secara optimal sebagai perekat persatuan bangsa dalam pembangunan nasional. Soliditas pemuda sangat penting artinya untuk mencapai kemajuan pemuda sebagai syarat utama kemajuan suatu bangsa. Jika pemuda solid maka bangsa kita akan semakin maju, kuat dan bersatu, sehingga pembangunan dapat kita laksanakan secara lancar dan berkelanjutan.

Seiring dengan itu pada tahun 2015 kita akan memasuki era Komunitas Asean. Untuk itu para pemuda harus mempersiapkan diri agar mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Kita adalah bangsa yang besar yang memiliki sumber daya alam berlimpah, memiliki sejarah leluhur bangsa yang hebat, kebudayaan yang unggul, masyarakat yang toleran, dan sumber daya manusia yang semakin lama semakin baik. Mentalitas bangsa, khususnya para pemuda harus terus dibangun agar menjadi pemuda-pemuda yang unggul, berkarakter, berkapasitas dan berdaya saing sehingga dapat berkompetisi dalam persaingan global yang semakin hari semakin kompetitif.

Revolusi Mental yang dicanangkan oleh Bapak Presiden Ir. Joko Widodo amatlah relevan dalam mewujudkan pemuda yang maju. Ciri pemuda yang maju adalah pemuda yang berkarakter, berkapasitas dan berdaya saing. Oleh karena itu Revolusi Mental harus dapat kita jadikan sebagai pemicu untuk mempercepat terwujudnya pemuda yang maju. Dengan mewujudkan pemuda yang maju berarti kita dapat menghasilkan bangsa yang hebat. Oleh sebab itulah pembangunan kepemudaan secara berkelanjutan harus terus dilaksanakan melalui proses penyadaran, pemberdayaan dan pengembangan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan. Pemuda yang maju adalah pemuda yang memiliki kemampuan inovasi dan kreativitas yang tinggi, yang mampu mengatasi pelbagai persoalan yang dihadapinya dan memiliki kompetensi sehingga mampu bertahan dan unggul dalam menghadapi persaingan global. Pemuda yang maju adalah pemuda yang mampu berfikir positif, yang senantiasa terus berorientasi pada kejayaan bangsanya demi keunggulan dan kegemilangan masa depan, tidak mudah menyerah, bertanggungjawab dan senantiasa melakukan yang terbaik untuk dirinya, masyarakatnya dan untuk bangsanya.

Hadirin Peserta Upacara yang kami hormati, khusunya para Pemuda yang kami banggakan.
Semangat para pemuda 86 tahun lalu harus terus menjadi obor penyemangat bagi pengabdian pemuda Indonesia untuk bangsa dan tanah air tercinta. Keberhasilan generasi terdahulu menyatukan hati dan pikiran bangsa Indonesia harus diteruskan oleh para pemuda dengan menyakinkan harapan akan masa depan bangsa yang cemerlang.

Saya yakin, para pemuda Indonesia akan terus memegang teguh komitmennya untuk selalu menjaga
keutuhan bangsa dan Negara, yang di dalam dirinya selalu terpatri jiwa dan semangat nilai-nilai Pancasila. Pemuda yang akan selalu mempertahankan tanah air, bangsa dan negara dan selalu menjunjung tinggi bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia.

Akhirnya, saya ucapkan SELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA KE-86. Semoga melalui peringatan ini kita akan selalu menghormati jasa para pemuda, jasa para pendiri bangsa dan jasa para pahlawan kita. Semoga Allah SWT – Tuhan Yang Maha Kuasa, senantiasa melimpahkan rakhmat dan ridho-Nya kepada kita semua.

Terima kasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 28 Oktober 2014
MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA
REPUBLIK INDONESIA

Sumber: bkddki.jakarta.go.id/.../2014/20141028...SUMPAH_PEMUDA/2014100..



Kamis, 23 Oktober 2014

MUHASABAH DI PENGHUJUNG TAHUN HIJRIYYAH


MUHASABAH DI PENGHUJUNG TAHUN HIJRIYYAH
Perputaran sang waktu yang terus bergulir seiring dengan perputaran Sang Matahari. Sejalan dengan perputaran musim yang silih berganti.  Hari berganti minggu, minggu bersua  bulan, dan bulan pun bertemu tahun,  tanpa terasa kita sampai pada suatu putaran bulan Muharam yang merupakan permulaan dari putaran bulan dalam kalender hijriyah.
Adalah kebiasan yang tidak berlebihan jika momentum awal bulan Muharam ini  kita perbanyak bertafakur untuk bermuhasabah atas bertambahnya umur ini, karena sesungguhnya dengan bertambahnya umur berarti hakikatnya berkurang kesempatan untuk hidup di dunia ini. Berkurang kesempatan kita untuk melakukan perbuatan yang bernilai  ibadah. Instrospeksi dan mengevaluasi diri untuk kehidupan yang lebih baik pada masa depan yang akan kita lewati, adalah modal berharga untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang lebih bermanfaat.
Tentang mengevaluasi apa yang telah kita lakukan dan persiapan untuk menggapai masa depan yang lebih baik, hal tersebut diisyaratkan oleh Allah Swt. Dalam firmannya surat al-Hasyr : (59 : 18)

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu sekalian kepada Allah, dan hendaklah setiap diri, mengevaluasi kembali apa yang telah dilakukan untuk menata hari esok. Dan bertakwalah kamu sekalian kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan
.
Menurut tafsir Syekh Syihabuddin Mahmud bin Abdullah al-Husaini al-Alusi dalam kitabnya Ruhul Ma'ani : " setiap perbuatan manusia yang telah dilakukan pada masa  lalu, mencerminkan perbuatan dia untuk persiapan diakhirat kelak. Karena hidup di dunia bagaikan satu hari dan keesokan harinya merupakan hari akhirat, merugilah manusia yang tidak mengetahui tujuan utamanya".
Jika kita berfikir tujuan utama manusia hidup didunia ialah mempersiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal yaitu akhirat, lalu sudahkah perbuatan yang telah dilakukan kita merupakan manifestasi kecintaan kita kepada Allah Swt?.

Cermin yang paling baik adalah masa lalu, setiap individu memiliki masa lalu yang baik ataupun buruk, dan sebaik-baik manusia adalah selalu mengevaluasi dengan bermuhasabah diri dalam setiap perbuatan yang telah ia lakukan. Sebagaimana pesan Sahabat Nabi Amirul Mukminin Umar bin Khottob :
"Evaluasilah (Hisablah) dirimu sebelum kalian dihisab dihadapan Allah kelak"

Pentingnya setiap individu menghisab dirinya sendiri untuk selalu mengintrospeksi tingkat nilai kemanfaatan dia sebagai seorang hamba Allah Swt. yang segala sesuatunya akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Dan sebaik-baik manusia adalah yang dapat mengambil hikmah dari apa yang telah ia lakukan, lalu menatap hari esok yang lebih baik. Sebagaimana Dalam sebuah ungkapan yang sangat terkenal Rasulullah Saw bersabda, yang artinya : “Barang siapa yang hari ini, tahun ini lebih baik dari hari dan tahun yang lalu, dialah orang yang sukses, tapi siapa yang hari dan tahun ini sama hari dan tahun kemarin maka dia orang yang tertipu, dan siapa yang hari dan tahun ini lebih buruk daripada hari dan tahun kemarin maka dialah orang yang terlaknat”

Untuk itu, takwa harus senantiasa menjadi bekal dan perhiasan kita setiap tahun, ada baiknya kita melihat kembali jalan untuk menuju takwa. Para ulama menyatakan setidaknya ada lima jalan yang patut kita renungkan mengawali tahun ini dalam menggapai ketakwaan. Jalan-jalan itu adalah:

1.       Muhasabah

Yaitu evaluasi diri dan meningkatkan kualitas diri dengan selalu mengambil hikmah dari setiap sesuatu yang terjadi dalam diri kita.

2.    Mu’ahadah

Yaitu mengingat-ingat kembali janji yang pernah kita katakan dalam setiap bacaan doa iftitah. Dengan demikian, ada baiknya kita kembali mengingat-ingat janji dan sumpah kita. Semakin sering kita mengingat janji, insya Allah kita akan senantiasa menapaki kehidupan ini dengan nilai-nilai ketakwaan. Inilah yang disebut dengan mua’ahadah.

3.    Mujahadah

Adalah bersungguh-sungguh kepada Allah Swt. Terkadang kita ibadah tidak dibarengi dengan kesungguhan, hanya menggugurkan kewajiban saja, takut jatuh kedalam dosa dan menapaki kehidupan beragama asal-asalan. Padahal bagi seorang muslim yang ingin menjadi orang-orang yang bertakwa, maka mujahadah atau penuh kesungguhan adalah bagian tak terpisahkan dalam menggapai ketakwaan disamping muhasabah dan mu’ahadah.

4.    Muraqabah
Adalah senantiasa merasa diawasi oleh Allah Swt. Inilah diantara pilar ketakwaan yang harus dimiliki setiap kali kita mengawali awal tahun dan menutup tahun yang lalu. Perasaan selalu merasa diawasi oleh Allah dalam bahasa hadisnya adalah Ihsan. “Ihsan adalah engkau senantiasa beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, kalau pun engkau belum bisa melihat-Nya, ketahuilah sesungguhnya Allah melihat kepadamu”.

Muraqabah atau ihsan adalah diantara jalan ketakwaan yang harus kita persiapkan dalam menyongsong dan mengisi lembaran tahun baru.

5.    Mu’aqobah

Artinya, mencoba memberi sanksi kepada diri manakala diri melakukan sebuah kekhilafan, memberikan teguran dan sanksi kepada diri kalau diri melakukan kesalahan. Ini penting dilakukan agar kita senantiasa meningkatkan amal ibadah kita. Manakala kita terlewat shalat subuh berjamaah maka hukumlah diri dengan infak disiang hari, misalnya. Manakala diri terlewat membaca al-Qur’an ‘iqoblah diri dengan memberi bantuan kepada simiskin. Kalau diri melewatkan sebuah amal shaleh maka hukumlah diri kita sendiri dengan melakukan amal shaleh yang lain. Inilah yang disebut mu’aqabah. Jika sikap ini selalu kita budayakan, insya Allah kita akan selalu mampu meningkatkan kualitas ibadah dan diri kita.
 
Mengawali tahun 1436 Hijriyah ini, mari takwa harus kita jadikan hiasan diri, bekal diri, dengan menempuh lima cara tadi. Yaitu muhasabah, muahadah, mujahadah, muraqabah dan mu’aqabah. Evaluasi diri, mengingat-ingat janji diri, punya kesungguhan diri, selalu merasa diawasi Allah dan memberikan hukuman terhadap diri kita sendiri. Jika lima hal ini kita jadikan bekal Insya Allah menapaki hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun kita akan selalu menapakinya dengan indah dan selalu meningkat kualitas diri kita, insya Allah.


Sumber :
http://www.dakwatuna.com/2014/03/13/47711/secuil-muhasabah/#axzz3H5FJjc7O
Artikel Ustadz Agus Handoko,S.Th.I 

Khutbah Jumat: Negeri-Negeri yang Musnah



Kaum Muslim, Sidang Majlis Jumat Rahimakumullah,

Marilah selalu kita ikrarkan dan gelorakan ijtihad kita, untuk istiqomah dalam ibadah, dalam upaya meningkatkan  ketakwaan kita kepada Allah Swt. Teruslah berdoa dan berusaha agar  jangan kita dimatikan sebelum benar-benar dalam keadaan muslim. Amin
Allah berfirman dalam Surat At-Taubah  ayat:70
Yang artinya,
“Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan, dan (penduduk) negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata; maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.”

Bertolak dan berpijak dari kisah dan momentun sejarah  kaum terdahulu yang tersurat dalam Al Quran,  merupakan hal sangat  penting, yang patut kita renungkan, kita petik hikmah besar yang terkandung didalamnya, untuk dijadikan pembelajaran berharga.
Seringkali kita dengar bahwa: Sebagian besar dari kaum terdahulu yang telah dibinasakan Allah telah mengingkari, bahkan memusuhi nabi yang diutus kepada mereka. Kelancangan dan kesalahan mereka mengundang kemurkaan Allah, dan mereka pun disapu bersih dari muka bumi.

Kaum Muslim, Sidang Majlis Jumat Rahimakumullah

5000 tahun yang lalu Nabi Nuh diutus untuk mengingatkan umatnya yang telah meninggalkan ayat-ayat Allah dan menyekutukan-Nya, kemudian mengajak mereka menyembah Allah semata dan menghentikan pembangkangan mereka. Tetapi kaum Nabi Nuh menolak keras dan terus menyekutukan Allah. Sebagai azab atas kelalaian mereka,  maka Allah mengirimkan banjir yang menenggelamkan mereka dan menyelamatkan Nabi Nuh beserta kaumnya yang beriman.

Bukti terjadinya banjir ini ditemukan di dataran Mesopotamia di Timur Tengah yang terletak di antara 2 sungai yaitu Sungai Eufrat dan Tigris. Kedua sungai ini dulunya meluap membanjiri Mesopotamia ditambah dengan hujan yang sangat lebat, sehingga mengakhiri suatu peradaban seluruhnya secara seketika.

4000 tahun yang lalu Nabi Luth mengingatkan kepada kaumnya supaya meninggalkan perilaku tak senonoh mereka yaitu penyimpangan seksual secara bar-bar berupa sodomi. Ketika Luth
menyeru mereka untuk menghentikan penyimpangan tersebut dan menyampaikan peringatan Allah, mereka mengabaikannya, mengingkari kenabiannya, dan meneruskan perilaku mereka yang tak beradab dan amoral. Pada akhirnya kaum ini dimusnahkan dengan bencana yang mengerikan, yaitu dengan dijungkirbalikkannya kota tempat mereka tinggal.

Bukti mengenai kejadian ini ditemukan dalam dasar Laut Mati atau Danau Luth di daerah Timur Tengah. Menurut para ahli terbentuknya Danau Luth atau Laut Mati ini melalui sebuah peristiwa gempa bumi dahsyat yang disertai dengan letusan, petir, keluarnya gas alam, serta lautan api.
Allah menggambarkan peristiwa ini dalam Surat Yaasiin: 29,
yang artinya, “Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati.”


3000 tahun yang lalu, Nabi Hud juga diutus Allah untuk kaum ‘Ad, sebagaimana yang telah dilakukan nabi-nabi sebelumnya, memerintahkan kepada mereka untuk beriman kepada Allah dengan tidak menyekutukan-Nya. Namun mereka menanggapinya dengan rasa permusuhan. Kaum ‘Ad adalah kaum yang suka membuat bangunan-bangunan di tempat yang tinggi dan membangun gedung-gedung yang indah dengan harapan mereka akan hidup di dalamnya
selama-lamanya. Di samping itu mereka berbuat kejahatan dan berlaku bengis dan beringas. Kaum yang menunjukkan permusuhan kepada Hud dan melawan Allah itu benar-benar dibinasakan. Badai gurun pasir yang mengerikan membinasakan kaum ‘Ad seakan-akan mereka tidak pernah ada dan musnah ditelan bumi. Mereka mati bergelimpangan laksana  tunggul-tunggul pohon kurma yang telah lapuk dan tak seorangpun yang tersisa.
Bukti tentang azab ini pun juga tersingkap baru-baru ini, di daerah Arabia Selatan tepatnya di negara Oman bagian barat telah dilakukan penggalian hingga ditemukan situs yang menandakan bahwa di daerah tersebut pernah ada gemerlapnya kota yang dihuni oleh kaum ‘Ad. Kota ini telah tertimbun oleh pasir sedalam 12 meter yang diakibatkan oleh adanya badai gurun pasir yang menerpa kaum ‘Ad secara seketika.

Kisah-kisah seperti yang saya sebutkan di depan beserta kisah Nabi Musa dengan Fir’aun, Nabi Shalih dengan kaum Tsamud, Nabi Syu’aib dengan penduduk Madyan, dan yang lainnya yang tidak mungkin dipaparkan semuanya dapat diambil hikmahnya oleh umat manusia.

Kaum Muslim, Sidang Majlis Jumat Rahimakumullah

Hikmah yang pertama berkaitan dengan Surat Al-Baqarah: 2, “dzaalikal kitaabu laa raibafiihi hudallil muttaqiin,
Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” Bahwa ayat-ayat Al-Qur’an turun 14 abad silam, tetapi apa yang dikandung dalam ayat-ayat tersebut telah terbukti kebenarannya oleh penemuan-penemuan ilmiah modern.
Sehingga kisah negeri-negeri yang musnah bukanlah kisah semacam dongeng dan legenda yang tidak jelas kebenarannya, tetapi kisah-kisah tersebut adalah nyata dan disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai pelajaran bagi kaum-kaum sesudahnya.

Hikmah yang kedua, sesungguhnya kaum-kaum yang dimusnahkan tersebut telah berbuat dzalim, baik dzalim terhadap Allah maupun dzalim terhadap sesama manusia. Mereka tidak mau beriman kepada Allah dan berlaku bengis dan kejam kepada manusia. Begitu pun dengan kita, apabila saat ini,  terdapat kaum yang dzalim terhadap Allah, melakukan perbuatan maksiat, mendukung dan membenarkan perbuatan yang nyata2 diharamkan dan menganiaya kepada sesama manusia dalam bentuk apa pun,  maka yang akan diperolehnya adalah kehancuran dan kemelaratan. Kehancuran ini dapat berupa kehancuran di dunia lebih-lebih di akhirat.
Bahwa sesungguhnya Allah adalah Yang Maha Adil, jika seseorang berbuat dzalim maka Allah pun akan menimpali kedzaliman kepadanya.

Semoga kita bukanlah golongan orang-orang yang zalim terhadap Allah dan Rasul-Nya.. dan bukan pula orang-orang yang zalim terhadap sesama manusia.