Predikat menjadi seorang mukmin merupakan gelar paling
mulia, rahmat terbesar, dan anugerah terindah dari Allah Swt, yang harus disyukuri. Tidak semua manusia
di jagat raya ini hidup dalam bingkai akidah beriman. Salah satu wujud syukur kita terhadap
keimanan itu adalah dengan menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi
laranganNya.
Dr. Muhammad Khalil Harats dalam bukunya Da’watut Tauhid mengatakan “Aqidah
adalah mengesakan Allah dari sesuatu, sedangkan kemusyrikan adalah menyekutukan
Allah dengan sesuatu. Dua hal ini bertentangan dan tidak bisa menyaatu dalam
satu kalbu”
Untaian kalimat tersebut memberikan makna penting bagi kita, yang menegaskan agar kita meyakini tiada Tuhan selain Allah, tiada
penguasa selain Allah, tiada raja langit dan bumi selain Allah, tiada tempat bersandar
melainkan hanya Allah. Maka pada saat ini pula kita harus membersihkan hati
sekaligus membentenginya dari anggapan, kepercayaan, bahkan keyakinan ada
kekuatan lain, selain Allah. Sebab hal tersebut merupakan mental syirik yang
jika dibiarkan akan terus merusak, menggerogoti, melemahkan, melumpuhkan bahkan
meluluhlantahkan akidah tauhid kita.
Muncul pertanyaan, bagaimana strategi kita menjaga agar tidak
tercemar yang namanya virus syirik yang sesuangguhnya jauh lebih berbahaya dari
virus ebola yang banyak menimpa rakyat
Liberia atau virus HIV AIDS. Sebagai jawaban dalam khutbah tentang Menjaga
Aqidah dan Kemusyrikan, dengan landasan dan referensi Surah Al Lukman ayat 3 :
Yang
artinya : dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar".
Dalam firman Allah tersebut, terukir satu pesan yang sangat mulia
dari Lukmanul Hakim kepada anaknya, yang sangat melarang kita berbuat syirik
kepada Allah. Kenapa syirik dilarang? Lukmanul Hakim menjelaskan “Sesungguhnya syirik itu kezaliman yang
sangat besar.”
Hadirin
Jamaah Jumat Rahimakumullah!
Jika kita kaitkan dengan situasi sekarang, terutama di tempat kita
tercinta ini. Ternyata, praktek-praktek
berbau syirik terus bertebaran dalam gaya dan bentuk yang beraneka macam. Paranormal
yang berani memastikan sanggup mengatasi berbagai problem kehidupan, seperti
kemiskinan, bencana, penyakit, usaha, jodoh, nasib, dan masa depan dengan
mendahului ketentuan Allah. Dokter dan obat serta tukang tawar diyakini alasan
utama penyembuh penyakit. Pekerjaan manusia banyak diambil alih oleh komputer,
dengan mengkeramatkan zodiak dan astrologi, yang tak jarang mengakibatkan
manusia tak lagi merasakan kehadiran Sang pencipta. Uang tidak diyakini sebagai
alat pembayaran tapi dijadikan penentu untuk mengubah nasib.
Sifat-sifat seperti ini pernah disindir Allah dalam penggalan surah
Al Baqarah ayat 165:
Artinya:
. dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
Menurut Rasyid Ridha dalam tafsir Al Manar, Ada tiga bentuk syirik
dan kemusyrikan:
Pertama: Orang yang
mempertuhankan dirinya atau memperturutkan hawa nafsunya serta melepaskan diri
dari aturan Allah.
Kedua : orang yang mensejajarkan makhluk dengan Allah dan
menganggapnya dapat mendatangkan manfaat dan madharat.
Ketiga : menjadikan pendapat pribadi dan tokoh agama sebagai
tatanan dan tuntunan, padahal ajaran itu bisa saja bertentangan dengan ajaran
Allah dan Rasul-Nya.
Jika tiga bentuk kemusyrikan tersebut sudah merasuk dalam hati
kita, bukan saja hati kita akan dihinggapi penyakit sombong dan angkuh, tetapi jiwa akan gelisah, kepercayaan
diri akan melemah, kejujuran akan punah,
yang menjerumuskan kita pada lubang dosa besar peringkat pertama, karena
menyekutukan Allah. Sebab inilah dosa
yang tak akan mendapat ampunan dari Allah Swt bila sampai terbawa mati.
Artinya:
. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang
besar. (QS. Annisa ayat 48)
Oleh sebab itulah, merupakan keharusan dan kewajiban kita untuk
menjaga dan membentengi diri, dengan menghadang dan menumpas tuntas sampai ke
akar-akarnya semua bentuk syirik. Jurus yang paling ampuh dan jitu untuk
menumpas syirik adalah menegakkan dan menjaga aqidah tauhid dengan kalimah La ilaha ilallah (tiada Tuhan selain
Allah). Kalimah inilah yang ditegakkan Rasulullah. Kalimah inilah yang
didakwahkan Rasulullah. Kalimah inilah yang diperjuangkan dan diperintahkan
Rasulullah selama di Makkatul Mukarramah. Kalimah ini senjata ampuh Rasulullah untuk membangkitkan semangat jihad
kaum muslimin. Kalimah inilah yang membuat Rasulullah dan pasukannya selalu
tegar, walau menghadapi topan bencana, badai tantangan, dan agresi serbuan
musuh. Mereka berjihad dengan semangat
membara, Lebih baik mati berkalang tanah, daripada hidup harus bercermin
bangkai.
Sayyid Quthub dalam Fi Dzilalil Quran berkata: La
ilaha ilallah adalah satu pernyataan perubahan total dari sistem kehidupan
jahiliyah kepada kehidupan islamiyah, yang berangkat dari keyakinan bahwa hanya
Allah yang mengadakan segala sesuatu yang ada. Hanya Allah pembuat peraturan,
hanya Allah penyelemat dan pemberi bencana, hanya Allah penguasa jagad raya,
hanya kepada Allah memohon pertolongan, hanya kepada Allah menunduk dan bersujud,
hanya kepada Allah menyerahkan segala urusan, dan hanya kepada Allah kita akan
kembali.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa kemusyrikan laksana
kanker yang menjalar, menyebar, dan akan menghancurkan seluruh anggota tubuh.
Kalau sudah hinggap di hati kita, maka bukan saja merupakan dosa besar yang
didapat, tapi ibadah kita, keshalehan kita, pengabdian kita, bahkan akidah kita
pun sebagai satu-satunya pondasi akan runtuh tiada guna. Karena itulah, kita
harus menjaga akidah kita dari berbagai bentuk kemusyrikan dengan memperteguh
keyakinan La ilaha ilallah dan
merealisasikannya dalam segala aktifitas kehidupan kita.