Perbedaan antara yang MUNGKIN dan TIDAK MUNGKIN, terletak pada TEKAD KITA.

Senin, 21 September 2015

Memaknai Tonggak sejarah Islam dari Nabi Ibrahim AS

Khutbah Idul Adha 1436 H.



Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Bapak, Ibu, Saudara-Saudaraku yang beriman
Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah
Marilah kita tingkatkan nilai hakiki dari sebuah   keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Swt, karena hanya dengan itu kita akan mendapatkan ampunan, pertolongan dan surga Nya yang agung. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah untuk Junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Belum lama ini kita dikejutkan peristiwa mencekam, menurut otoritas Saudi Arabia tepat Jumat Malam tanggal 10 ke 11 September 2015 yang lalu, setidaknya 137 orang tercatat meninggal dunia, 11 orang di antaranya adalah calon Jamaah Hajii asal Indonesia dan 238 terluka. karena badai yang disertai hujan, sehingga menyebabkan  crane atau alat berat konstruksi, jatuh menimpa bangunan masjidil haram. Kita doakan agar seluruh jamah yang meninggal dunia mendapat pahala suhada dan mati sahid dari Allah SWT.

Misi utama  kita datang di Majelis Hari Raya ini, adalah untuk bertakarrub, bersimpuh, memohon rahmat dan ampunan-Nya. Dengan penuh khusyu dan tadharru’, kita mengumandangkan takbir, mengagungkan kebesaran Asma-Nya. Kita  sadar sesadar-sadarnya bahwa betapa kerdil dan kecilnya diri kita di hadapan Sang Khaliq, dan betapa tidak bermaknanya  kehidupan ini tanpa genggaman muraqabah-Nya.

Tak ada kata yang sarat makna pantas kita kumandangkan pada hari ini, selain ucapan syukur yang benar-benar tulus kepada Allah,  yang telah melimpahkan nikmat-Nya kepada kita lahir dan batin, yang menerangi hati dari kegelapan, menuntun jiwa dari kebingungan, dan menyinari  akal dari kesesatan, sehingga kita tetap terpilih sebagai pemeluk Islam.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu
Pagi ini,  memori sejarah membawa kita pada kenangan ribuan tahun lalu, tentang jasa besar manusia-manusia agung yang telah menciptakan arus terbesar dalam sejarah manusia,  yang merupakan cikal bakal untuk membentuk arah kehidupan , membuka lebar-lebar mata dan hati kita guna meraih hikmah dari nilai sejarah. Lebih dari 4000 tahun lalu,  tiga Insan Mulia tersebut adalah, Ibrahim, Hajar,  dan Ismail,  berjalan kaki tidak kurang dari 2000 km jaraknya. Mungkin lebih kurang  sejauh Muara Kaman -  Banjarmasin atau dari negeri Syam – yang sekarang menjadi Syria, Palestina, Jordania dan Lebanon – menuju jazirah tandus – yang oleh Al Qur’an disebut sebagai lembah yang tak ditumbuhi tanaman apapun.
Bayangkan,  bagaimana mereka harus memulai sebuah kehidupan baru,  tanpa siapa-siapa dan tanpa apa-apa. Mereka  membangun ka’bah dan memulai peradaban baru. Tidak kurang 42 generasi dari anak cucu Ibrahim secara turun temurun hingga Nabi Muhammad saw. membawa agama Tauhid ini dan mengubah jazirah itu menjadi pusat dan pemimpin peradaban dunia.

Ka’bah pada mulanya hanya ditawafi 3 manusia agung itu, kini setiap tahunnya ditawafi sekitar 5 juta manusia dari seluruh pelosok dunia yang melaksanakan ibadah haji – dan dalam beberapa tahun ke depan akan ditawafi sekitar 12 juta manusia setiap tahun,
dalam tiga tahapan perluasan Masjidil haram, konon menghabiskan biaya 300 trilyun lebih. Hal ini selaras dengan  seperti doa Nabi Ibrahim:


Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah membawa sebagian dari keturunanku untuk tinggal di sebuah lembah yang tak tertumbuhi tanaman apapun, di sisi rumahMu yang suci. Ya Tuhan kami, yang demikian itu agar mereka mendirikan sholat.. maka penuhilah hati sebagian manusia dengan cinta pada mereka.. (QS. Ibrahim: 37).
Jazirah yang tandus tak berpohon itu dihuni oleh hanya mereka bertiga dan kini berubah menjadi salah satu kawasan paling kaya dan makmur di muka bumi, persis seperti doa Ibrahim:


126. dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. ". Albaqarah: 126



Bayangkanlah bagaimana Nabi Ibrahim bermunajat agar lembah itu diberkahi dengan menurunkan seorang nabi yang melanjutkan pesan samawinya, dan kelak Nabi Muhammad saw menutup mata rantai kenabian di lembah itu, lalu kini – 1500 tahun kemudian – agama itu diikuti sekitar 1,6 sampai 1,9 milyar manusia muslim, persis seperti doa Ibrahim:

Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Baqarah 129)



ALLAHU AKBAR 3X
Pagi ini kita kenang lagi perjuangan 4 milenium lalu itu. Dan akan terus kita kenang hingga riwayat kehidupan berakhir saat kiamat datang kelak. Begitulah agar kesadaran sajarah kita tetap terjaga.



Ada 4 (Empat)  nilai historis yang patut kita jadikan momentum untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan, serta keyakinan kita kepada Allah SWT, yaitu:

Pertama, pertumbuhan adalah ciri agama.
Berbagai kerajaan, dinasti, rezim dan imperium datang silih berganti dalam sejarah manusia.  Ia lahir, tumbuh besar, berjaya, lalu menua, kemudian melemah dan akhirnya mati. Tapi agama yang dibawa Ibrahim datang dan terus tumbuh tanpa henti hingga kini. Tak ada kekuasaan – sezalim dan sebobrok apapun ia – yang sanggup menghentikan laju pertumbuhannya. Agama ini membangun kerajaan dalam hati dan pikiran manusia, bukan bangunan megah di atas tanah yang akan segera punah oleh waktu. Agama terus tumbuh karena memberi arah bagi kehidupan manusia, mengakhiri pencarian akalnya akan kebenaran, kebaikan dan keindahan, serta memenuhi dahaga jiwanya akan cinta, ketenangan dan kebahagiaan. Lihatlah bagaimana doa-doa Nabi Ibrahim menjadi kenyataan satu per satu dan terus menerus sepanjang waktu. Nabi Ibrahim mengajarkan kita sunnatullah yang menjadi hukum sejarah sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an:
Allah mengumpamakan yang benar dan yang bathil dengan air dan buih atau dengan logam yang mencair dan buihnya. yang benar sama dengan air atau logam murni yang bathil sama dengan buih air atau tahi logam yang akan lenyap dan tidak ada gunanya bagi manusia. Adapun buih itu pasti akan pergi sia-sia. Sedang yang bermanfaat bagi manusia akan bertahan di muka bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.(QS. Ar Ra’du: 17)

Kedua, agama adalah narasi terbesar dalam sejarah manusia.

Arus sejarah yang digerakkan oleh narasi Barat lahir dari ruh Kristiani. Sementara arus sejarah yang digerakkan narasi Timur lahir dari Islam. Jadi di Barat maupun di Timur agamalah yang membentuk semua peradaban besar yang pernah menghiasi lembar-lembar sejarah manusia. Dan selamanya akan terus begitu. Semua pemberontakan manusia untuk keluar dari jalan agama – seperti yang kita saksikan di abad yang lalu melalui gelombang sekularisme dan ateisme, baik atas nama ilmu pengetahuan atau atas nama yang lain – hanya akan berujung dengan kesia-siaan dan kesengsaraan. Lihatlah misalnya bagaimana perang dunia pertama dan kedua mengorbankan sekitar 94 juta nyawa manusia. Pemberontakan itu lahir dari keangkuhan manusia yang terlalu rapuh, disusun oleh akal yang terlalu sederhana untuk melawan kebenaran abadi yang dibawah oleh agama.

Allah adalah cahaya langit dan bumi…(QS. An Nuur: 35 )

Ketiga, Islam adalah agama masa depan manusia.
Rasio pemeluk Islam adalah sekitar 1 orang Muslim untuk setiap 1000 penduduk bumi di zaman Nabi Muhammad saw. Kini angka itu berkembang menjadi 1 orang Muslim berbanding 5 orang penduduk bumi, termasuk sekitar 100 juta muslim yang menghuni benua Eropa dan sekitar 100 juta muslim yang menghuni China daratan.
 Semua perang yang ditujukan untuk merusak citra agama ini – seperti label fundamentalisme dan terorisme – demi mencegah manusia memeluknya tidak akan sanggup mencegah pertumbuhan dan penyebarannya, bahkan di jantung sekularisme seperti Eropa dan Amerika.
Sementara itu semua sistem dan ideologi lain mulai bangkrut satu per satu seperti komunisme. Dan kini kapitalisme pun sedang menyusul secara perlahan dan pasti. Semua sistem dan ideologi itu tidak akan mampu memenuhi tuntutan dan dahaga manusia akan kebenaran, keadilan dan kebahagiaan. Dunia membutuhkan pencerahan baru, dan hanya Islamlah yang bisa membawa cahaya. Dunia membutuhkan sumber solusi, dan hanya Islamlah yang bisa menawarkan jalan keluar.

Urusan (agama) ini pasti akan menjangkau seluruh manusia, sepanjang siang dan malam menjangkau (seluruh pelosok bumi). (HR. Ahmad, Hakim, Baihaqi, dan Thabrani)
Keempat, bekerja dan berkorban adalah tradisi kebangkitan dan kepemimpinan.
Bekerja itu seperti menanam pohon. Berkorban itu adalah pupuk yang mempercepat pertumbuhannya. Kita mengenang Nabi Ibrahim hari ini karena ia hanya bekerja menabur kebajikan di ladang hati manusia. Tanpa henti. Kita mengenang Nabi Ibrahim hari ini karena pengorbanannya yang tidak terbatas.
Makna hidup kita – baik sebagai individu maupun sebagai umat dan bangsa – terletak pada kerja keras dan pengorbanan tanpa henti dalam menebar kebajikan bagi kemanusiaan. Bekerja adalah simbol keberdayaan dan kekuatan. Berkorban adalah simbol cinta dan kejujuran. Itu nilai yang menjelaskan mengapa bangsa-bangsa bisa bangkit dan para pemimpin bisa memimpin. Hanya mereka yang mau bekerja dalam diam yang panjang, dan terus menerus berkorban dengan cinta, yang akan bangkit dan memimpin. Itulah jalan kebangkitan. Itulah jalan kepemimpinan. Itu nilai yang menjelaskan mengapa Islam – di masa lalu – bangkit dan memimpin peradaban manusia selama lebih dari 1000 tahun. Dan itu jugalah jalan kebangkitan kita kembali: bekerja keras dan berkorban tanpa henti. Dengarlah firman Allah swt:
Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. At Taubah:105)



ALLAHU AKBAR 3X

Hari ini – sebagaimana kita mengenang manusia-manusia agung itu; Nabi Ibrahim dan istrinya Hajar, Nabi Ismail dan Nabi Muhammad saw – kita juga mendengar rintihan hati umat manusia dari berbagai pelosok dunia. Di belahan dunia Islam ada rintihan anak-anak Suriah yang baru saja dibombardir, Palestina,  Irak, Afganistan, Sudan, dan Khashmir yang membutuhkan solidaritas dan bantuan kita untuk membebaskan mereka dari kezaliman dan penjajahan. Bahkan bumi pertiwi sedang berduka. Hampir setiap saat, kita dikagetkan dengan berbagai macam bencana dan musibah, tak ada ujungnya. Bencana ada di sekitar kita, lebih-lebih di bulan ini, mulai dari banjir lumpur Warior, tsunami Mentawai dan gunung Merapi, bahkan gempa bumi setiap hari. Ratusan jiwa meninggal.

Sementara di belahan dunia lainnya, ada milyaran jiwa manusia yang hidup dalam kehampaan dan juga menanti para pembawa cahaya kebenaran untuk menyelematkan dan mengeluarkan mereka dari himpitan hidup yang pengap kedalam rengkuhan cahaya Islam yang penuh rahmat. Tangis hati para korban kezaliman di Dunia Islam dan rintihan jiwa para pencari kebenaran di Dunia Barat sama-sama menantikan kehadiran kepemimpinan baru yang datang membawa cahaya kebenaran, cinta bagi kemanusiaan, tekad untuk bekerja keras serta kemurahan hati untuk terus berkorban.
Marilah kita bangkit membebaskan diri kita dari keserakahan dan kebakhilan, kesedihan dan ketakutan, kelemahan dan ketidakberdayaan, egoisme dan perpecahan. Marilah kita bangkit dengan semangat kerja keras dan pengorbanan tanpa henti, melupakan masalah-masalah kecil dan memikirkan serta merebut peluang-peluang besar bagi kejayaan umat dan bangsa kita. Marilah kita bangkit dengan kepercayaan penuh bahwa Islam adalah masa depan manusia dan bahwa masa depan adalah milik Islam. Marilah kita bangkit dengan semangat dan keyakinan penuh bahwa kita bisa memimpin umat manusia kembali jika kita mau bekerja keras dan berkorban demi cita-cita besar kita.