Perbedaan antara yang MUNGKIN dan TIDAK MUNGKIN, terletak pada TEKAD KITA.

Jumat, 03 Oktober 2014

Khutbah Idul Adha 1435 H Makna Berkurban



Ketika Sang Surya 10 Zuhijjah,  mulai merangkak menyapa alam semesta, gema takbir, tasbih, tahmid, dan tahlil pun membahana di seluruh penjuru dunia. Kita semua yang hadir di Masjid At Taqwa ini, larut dalam haru biru perayaan ‘Idul Adha. Seolah-olah tumpah-ruah menjadi satu, bersama 1,58 milyar, umat muslim yang mendiami planet bumi. Sementara itu, pada 9 Dzulhijjah kemarin, dengan suhu mencapai 36 derajat celcius, lebih 154.467 jamaah haji reguler asal Indonesia, atau lebih dari tiga juta saudara kita kaum muslimin dari seluruh penjuru dunia,  telah berkumpul di Padang Arafah, melaksanakam Wukuf, yang merupakan peristiwa sakral dan menyimpan kesan teramat mendalam.
Alhamdulillâhi Rabbil al-âlamîn, segala puji hanyalah pantas milik Allah Swt, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita, Rasulullah Muhammad Saw, beserta keluarga, para shahabatnya, dan seluruh umatnya yang senantiasa berjuang tak kenal lelah untuk menerapkan dan menyebarluaskan risalahnya  ke seluruh pelosok dunia hingga akhirul zaman.

Ma’asiral Muslimin wal Muslimat, Jamaah Hari Raya ‘Idul Adha rahimakumullah,
Mari kita renungkan, dengan hati yang paling dalam, sebuah kisih inspiratif berikut ini; Pedagang kambing berkisah tentang pengalamannya: Suatu ketika, ada seorang ibu setengah baya datang memperhatikan dagangan saya. Dilihat dari pakaiannya yang lusuh dan compang camping,  sepertinya dia tidak  akan mampu membeli kambing yang saya dagangkan.  Namun tetap saya coba menghampiri dan menyapanya, “Silahkan bu!”. Lantas ibu itu menunjuk seekor kambing termurah sambil bertanya, ”Kalau yang itu berapa Pak?”. “Harga Rp 1.250.000, Bu,” jawab saya. “Harga pasnya berapa, Pak?”, Tanyanya kembali. “Yah, Rp 1.200.000  lah, harga segitu untung saya kecil sekali Bu, yah, tak apalah . “Tapi, uang saya hanya Rp 1.000.000 aja, pak?”, pintanya. Waduh, saya bingung, karena harga itu di bawah harga modalnya. Akhirnya saya berembuk dengan teman lainnya,  sampai akhirnya diputuskan diberikan saja dengan harga itu kepada ibu tersebut.
Sayapun mengantar hewan qurban tersebut sampai ke rumahnya. Begitu tiba, “Astaghfirullah, Allahu Akbar, terasa menggigil seluruh badan saya,  ketika melihat keadaan rumah ibu tersebut. Rupa-rupanya, ia hanya tinggal bertiga, yakni dengan ibunya yang sudah jompo  dan puteranya, di sebuah gubuk reot dan sempit. Atapnya  daun rumbia,  berlantaikan  tanah. Tak saya lihat tempat tidur kasur, kursi ruang tamu, apalagi perabot mewah atau barang-barang elektronik. Yang terlihat hanyalah dipan kayu usang beralaskan tikar dan bantal lusuh.
Sementara di atas dipan itu, tertidur seorang nenek tua kurus. “Mak, bangun Mak, nih lihat saya bawa apa?”, kata ibu itu pada nenek yang sedang rebahan, sampai akhirnya terbangun. “Mak, saya sudah belikan emak kambing buat qurban, nanti kita antar ke Masjid ya mak!”, kata ibu itu dengan penuh kegembiraan.
Si nenek sangat terkaget dan tergambar  rona bahagia, sambil mengelus-elus kambing yang dibawa, nenek itu berucap, “Alhamdulillah, Alhamdulillah Ya Allah,  akhirnya kesampaian juga harapan emak mau berqurban”.
“Nih Pak, uangnya, maaf ya kalau saya nawarnya kemurahan, karena saya hanyalah tukang cuci di kampung sini, saya sengaja mengumpulkan uang itu bertahun-tahun, untuk beli kambing yang akan diniatkan buat qurban atas nama Emak saya.”, kata ibu itu. Sontak,  kaki ini bergetar, badaan menggigil,  dada terasa sesak, mata ini terasa panas, sembari menahan tetes air mata, saya berdoa, “Ya Allah…, Ampuni dosa hamba, Ampuni Ya Rab, hamba malu berhadapan dengan hamba-Mu, yang pasti lebih mulia ini, seorang yang miskin harta,  namun kekayaan Imannya begitu luar biasa”. Saya cepat-cepat pergi,  sebelum ibu itu tahu kalau mata ini sudah basah karena tak sanggup mendapat teguran dari Allah yang sudah mempertemukan dengan hamba-Nya yang dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang tuanya.
Untuk sebuah niat mulia ternyata tidak perlu harta berlimpah ruah, jabatan tinggi dengan fasilitas mewah. Kita bisa belajar keikhlasan dari ibu itu, untuk menggapai kemuliaan hidup. Berapa banyak di antara kita yang diberi kecukupan penghasilan, namun masih saja ada kengganan untuk berkurban. Padahal, bisa jadi harga satu buah handphone, jam tangan, ataupun aksesoris yang menempel di tubuh kita, harganya jauh lebih mahal dibandingkan seekor hewan qurban. Apalagi sepeda motor dari berbagai merk dan type yang lebih dari satu, milik kita di rumah. Namun selalu kita sembunyi di balik kata belum mampu atau tidak dianggarkan. Masya Allah.

Ma’asiral Muslimin wal Muslimat, Jamaah Hari Raya ‘Idul Adha rahimakumullah,
Hadirnya hari raya ‘Idhul Adha,  yang selalu di iringi dengan qurban dan ibadah haji, menjadi fenomena tersendiri yang setiap tahunnya dirayakan umat Islam sebagai hari besar yang penuh dengan nuansa kepedulian dan ketaqwaan kepada Allah. Hari besar ini begitu sarat dengan nilai nilai sosial dan kedamaian, menyiratkan kesucian, karena makna qurban yang hakiki adalah bagaimana mengqurbankan kehendak dan sifat-sifat kebinatangan dalam diri masing- masing individu yang mengaku muslim, sehingga dengan demikian yang tampil di dalam setiap raut wajah dan perilaku mereka adalah sifat ketuhanan, ilahiyyah, dan potensi taqwa sebagaimana yang tertera dalam ayat al quran , (Qs. al-Hajj : 37) tentang qurban itu sendiri :
Terjemahannya:
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah Telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
Dalam ayat ini dapat diambil  kesimpulan bahwa berqurban merupakan upaya menggugurkan keegoisan, keburukan diri, nafsu lawwamah dan nafsu amarah dalam diri, sehingga terbit dan  terpancarlah sinar keimanan yang tinggi dalam sanubari.
Ma’asiral Muslimin wal Muslimat, Jamaah Hari Raya ‘Idul Adha rahimakumullah,
Marilah kita bangkit membebaskan diri kita dari keserakahan dan kebakhilan, kesedihan dan ketakutan, kelemahan dan ketidakberdayaan, egoisme dan perpecahan. Marilah kita bangkit dengan semangat dan keyakinan penuh, bahwa kita berkomitmen keras yang tak segan-segan berkorban demi Agama Islam yang sangat mulia. Akhirnya, marilah kita memohon kepada Allah, semoga Allah Swt mengabulkan seluruh permohonan kita, memberi kita kesabaran dan keikhlasan, serta menguatkan kita untuk mempertebal keimanan, meningkatkan kualitas ketakwaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar