MUHASABAH DI PENGHUJUNG TAHUN HIJRIYYAH
Perputaran
sang waktu yang terus bergulir seiring dengan perputaran Sang Matahari. Sejalan
dengan perputaran musim yang silih berganti.
Hari berganti
minggu, minggu bersua bulan, dan bulan
pun bertemu tahun, tanpa terasa kita
sampai pada suatu putaran bulan Muharam yang merupakan permulaan dari putaran
bulan dalam kalender hijriyah.
Adalah
kebiasan yang tidak berlebihan jika momentum awal bulan Muharam ini kita perbanyak bertafakur untuk bermuhasabah
atas bertambahnya umur ini, karena sesungguhnya dengan bertambahnya umur
berarti hakikatnya berkurang kesempatan untuk hidup di dunia ini. Berkurang
kesempatan kita untuk melakukan perbuatan yang bernilai ibadah. Instrospeksi dan mengevaluasi diri
untuk kehidupan yang lebih baik pada masa depan yang akan kita lewati, adalah
modal berharga untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang lebih bermanfaat.
Tentang mengevaluasi
apa yang telah kita lakukan dan persiapan untuk menggapai masa depan yang
lebih baik, hal tersebut diisyaratkan oleh Allah Swt. Dalam firmannya surat
al-Hasyr : (59 : 18)
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu sekalian kepada Allah, dan hendaklah setiap diri, mengevaluasi kembali apa yang telah dilakukan untuk menata hari esok. Dan bertakwalah kamu sekalian kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan”
.
Menurut tafsir Syekh Syihabuddin Mahmud bin Abdullah al-Husaini al-Alusi dalam kitabnya Ruhul Ma'ani : " setiap perbuatan manusia yang telah dilakukan pada masa lalu, mencerminkan perbuatan dia untuk persiapan diakhirat kelak. Karena hidup di dunia bagaikan satu hari dan keesokan harinya merupakan hari akhirat, merugilah manusia yang tidak mengetahui tujuan utamanya". Jika kita berfikir tujuan utama manusia hidup didunia ialah mempersiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal yaitu akhirat, lalu sudahkah perbuatan yang telah dilakukan kita merupakan manifestasi kecintaan kita kepada Allah Swt?. Cermin yang paling baik adalah masa lalu, setiap individu memiliki masa lalu yang baik ataupun buruk, dan sebaik-baik manusia adalah selalu mengevaluasi dengan bermuhasabah diri dalam setiap perbuatan yang telah ia lakukan. Sebagaimana pesan Sahabat Nabi Amirul Mukminin Umar bin Khottob : "Evaluasilah (Hisablah) dirimu sebelum kalian dihisab dihadapan Allah kelak"
Pentingnya
setiap individu menghisab dirinya sendiri untuk selalu mengintrospeksi
tingkat nilai kemanfaatan dia sebagai seorang hamba Allah Swt. yang segala
sesuatunya akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Dan
sebaik-baik manusia adalah yang dapat mengambil hikmah dari apa yang telah ia
lakukan, lalu menatap hari esok yang lebih baik. Sebagaimana Dalam sebuah
ungkapan yang sangat terkenal Rasulullah Saw bersabda, yang artinya : “Barang siapa yang hari ini, tahun ini
lebih baik dari hari dan tahun yang lalu, dialah orang yang sukses, tapi
siapa yang hari dan tahun ini sama hari dan tahun kemarin maka dia orang yang
tertipu, dan siapa yang hari dan tahun ini lebih buruk daripada hari dan
tahun kemarin maka dialah orang yang terlaknat”
Untuk itu, takwa harus senantiasa menjadi bekal dan perhiasan kita setiap tahun, ada baiknya kita melihat kembali jalan untuk menuju takwa. Para ulama menyatakan setidaknya ada lima jalan yang patut kita renungkan mengawali tahun ini dalam menggapai ketakwaan. Jalan-jalan itu adalah:
1.
Muhasabah
Yaitu evaluasi diri dan meningkatkan kualitas diri dengan selalu mengambil hikmah dari setiap sesuatu yang terjadi dalam diri kita. 2. Mu’ahadah Yaitu mengingat-ingat kembali janji yang pernah kita katakan dalam setiap bacaan doa iftitah. Dengan demikian, ada baiknya kita kembali mengingat-ingat janji dan sumpah kita. Semakin sering kita mengingat janji, insya Allah kita akan senantiasa menapaki kehidupan ini dengan nilai-nilai ketakwaan. Inilah yang disebut dengan mua’ahadah. 3. Mujahadah Adalah bersungguh-sungguh kepada Allah Swt. Terkadang kita ibadah tidak dibarengi dengan kesungguhan, hanya menggugurkan kewajiban saja, takut jatuh kedalam dosa dan menapaki kehidupan beragama asal-asalan. Padahal bagi seorang muslim yang ingin menjadi orang-orang yang bertakwa, maka mujahadah atau penuh kesungguhan adalah bagian tak terpisahkan dalam menggapai ketakwaan disamping muhasabah dan mu’ahadah. 4. Muraqabah
Adalah
senantiasa merasa diawasi oleh Allah Swt. Inilah diantara pilar ketakwaan
yang harus dimiliki setiap kali kita mengawali awal tahun dan menutup tahun
yang lalu. Perasaan selalu merasa diawasi oleh Allah dalam bahasa hadisnya
adalah Ihsan. “Ihsan adalah engkau senantiasa beribadah kepada Allah
seolah-olah engkau melihat-Nya, kalau pun engkau belum bisa melihat-Nya,
ketahuilah sesungguhnya Allah melihat kepadamu”.
Muraqabah atau ihsan adalah diantara jalan ketakwaan yang harus kita persiapkan dalam menyongsong dan mengisi lembaran tahun baru. 5. Mu’aqobah Artinya, mencoba memberi sanksi kepada diri manakala diri melakukan sebuah kekhilafan, memberikan teguran dan sanksi kepada diri kalau diri melakukan kesalahan. Ini penting dilakukan agar kita senantiasa meningkatkan amal ibadah kita. Manakala kita terlewat shalat subuh berjamaah maka hukumlah diri dengan infak disiang hari, misalnya. Manakala diri terlewat membaca al-Qur’an ‘iqoblah diri dengan memberi bantuan kepada simiskin. Kalau diri melewatkan sebuah amal shaleh maka hukumlah diri kita sendiri dengan melakukan amal shaleh yang lain. Inilah yang disebut mu’aqabah. Jika sikap ini selalu kita budayakan, insya Allah kita akan selalu mampu meningkatkan kualitas ibadah dan diri kita. Mengawali tahun 1436 Hijriyah ini, mari takwa harus kita jadikan hiasan diri, bekal diri, dengan menempuh lima cara tadi. Yaitu muhasabah, muahadah, mujahadah, muraqabah dan mu’aqabah. Evaluasi diri, mengingat-ingat janji diri, punya kesungguhan diri, selalu merasa diawasi Allah dan memberikan hukuman terhadap diri kita sendiri. Jika lima hal ini kita jadikan bekal Insya Allah menapaki hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun kita akan selalu menapakinya dengan indah dan selalu meningkat kualitas diri kita, insya Allah. |
Sumber :
http://www.dakwatuna.com/2014/03/13/47711/secuil-muhasabah/#axzz3H5FJjc7O
Artikel
Ustadz Agus Handoko,S.Th.I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar