Perbedaan antara yang MUNGKIN dan TIDAK MUNGKIN, terletak pada TEKAD KITA.

Senin, 06 April 2015

EKONOMI SYARIAH DI ERA PASAR BEBAS



Fakta membuktikan, bahwa ekonomi dunia di bawah sistem kapitalisme, sangat tidak menentu. Volatilitas dan ketidakstabilan menjadi fenomena yang mengganggu perekonomian negara-negara bangsa di manapun.  Terpaan krisis terus menerus di berbagai negara di dunia.  Depresiasi nilai tukar  dan inflasi yang tak terkawal menjadi  kenyataan yang destruktif.  Pendeknya, sistem ekonomi konvensional yang diterapkan saat ini, telah secara nyata menunjukkan kegagalannya dalam menciptakan kesejahreaan ekonomi umat manusia.

Kenyataan yang tragis itu diakui  oleh Michael Camdessus (1997), Direktur International Monetary Fund (IMF) dalam kata-kata sambutannya pada Growth-Oriented Adjustment Programmes (kurang lebih) sebagai berikut: “Ekonomi yang mengalami inflasi yang tidak terkawal, defisit neraca pembayaran yang besar, pembatasan perdagangan yang berkelanjutan, kadar pertukaran mata uang yang tidak seimbang, tingkat bunga yang tidak realistik, beban hutang luar negeri yang membengkak dan pengaliran modal yang berlaku berulang kali, telah menyebabkan kesulitan ekonomi, yang akhirnya akan memerangkapkan ekonomi negara ke dalam krisis ekonomi”.

Paham kebebasan yang dianut oleh kapitalisme telah membentuk konglomerasi dan monopoli kekayaan pada kalangan bermodal. Harta yang dikuasai, mesin yang dimiliki, sumber daya alam yang dieksploitasi, laksana hamba yang harus menurut pada tuannya. Karakter kerakusan individu telah terbentuk sempurna oleh sistem kapitalisme dengan paham kebebasannya. Tidak berhenti sampai di sini, sistem ekomoni kapitalis telah melahirkan konsep pasar bebas, dengan fakta bahwa: setiap individu yang kuat berhak memeras yang lemah, yang kuasa menindas yang jelata, yang berpangkat memangsa yang melarat, akibatnya yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin, the rich richer and poor poorer. Manusia terbuai hingga lupa hubungan antar manusia dalam garis horizontal, manusia dengan lingkungan dalam garis diagonal, serta manusia dengan Tuhan dalam garis vertikal.
Umat Islam patut bersyukur, karena dalam beberapa dasawarsa terakhir, para pemikir muslim telah merumuskan suatu sistem ekonomi yang diberi nama ‘Ekonomi Syariah’ sebuah sistem ekonomi yang menawarkan  kesejahteraan manusia, berazaskan katauhidan serta berpijak pada tuntunan persaudaraan dan keadilan 

Sebagai referensi mari kita simak bersama firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 29, yang artinya wallahu a'lam :
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.
Mari kita kaji secara mendalam firman Allah ini, menurut Syekh Mustafa al-Maraghi dalam kitab tafsir al-Maraghi yang fenomenal menyatakan, bahwa halalnya transaksi jual beli terjadi aqad kesepakatan berazaskan saling meridhoi antara keduanya, tersirat makna bahwa Islam sangat mengharamkan adanya penipuan, pendustaan, dan pemalsuan. Hal ini menunjukkan bahwa ayat ini merupakan dasar dari sistem ekonomi Islam, dan ayat ini merupakan sanggahan pada paradigma pasar bebas yang mencari keuntungan dengan cara menghisap darah orang lain, yakni dengan praktek riba. Keindahan Islam secara tegas menolak segala bentuk monopoli dan oligopoli yang diorientasikan hanya untuk kepentingan pribadi, sebagaimana yang dipraktekkan dalam pasar bebas.
Bukankah kekayaan hanyalah titipan Allah yang harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan bersama. Kekuasaan hanyalah amanah suci yang harus diproyeksikan demi kepentingan bersama.

Ekonomi syari’ah mengedepankan nilai-nilai ukhuwah dan nilai-nilai kebersamaan. Yang kaya menolong yang misikin, yang kuasa menolong yang lemah, yang pintar menolong yang bodoh. Komitmen ini yang harus kita kedepankan. Prinsip ini yang harus kita aplikasikan di negara tercinta ini, jikalau ingin menjadi negara maju dan sejahtera.
 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar