Perbedaan antara yang MUNGKIN dan TIDAK MUNGKIN, terletak pada TEKAD KITA.

Senin, 30 Agustus 2010

Rahasia Kedatangan Malam Lailatul Qadr



Pada suatu hari Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bercerita kepada para sahabatnya tentang pejuang dari Bani Israil yang bernama Sam’un. Selama 1000 bulan atau delapan puluh tiga tahun ia tidak pernah meletakkan senjata atau beristirahat dari perang Fii Sabilillah. Ia hanya berperang dan berperang demi menegakkan agama Allah tanpa mengenal rasa lelah. Para sahabat ketika mendengar cerita tersebut, mereka merasa kecil hati dan merasa iri dengan amal ibadah dan perjuangan orang tersebut. Mereka ingin melakukan amal ibadah dan perjuangan yang sedemikian rupa, tapi bagaimana mungkin untuk melakukannya sedang umur kehidupan mereka jarang yang mencapai usia lebih dari enam puluh atau tujuh puluh tahun. Di dalam hadist disebutkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam: “Usia ummatku sekitar enam puluh atau tujuh puluh tahun”. karena itulah mereka bersedih dan kecil hati.

Ketika para sahabat sedang berfikir dan merenungkan tentang hal itu, dimana mereka merasa kecil hati karena tidak mungkin berbuat hal yang telah diperbuat oleh orang Bani Israil yang telah disebutkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam, maka datanglah malaikat Jibril kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam membawa wahyu dan kabar kembira kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dan para sahabatnya. Berkata malaikat Jibril Alaihis Salaam: “Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menurunkan kepadamu ya Rasulullah surat Al Qadr, dimana di dalamnya terdapat kabar gembira untukmu dan ummatmu, dimana Allah menurunkan malam Lailatul Qadr, dimana orang yang beramal pada malam Lailatul Qadr mendapatkan pahala lebih baik dan lebih besar daridari pada seribu bulan. Maka amal ibadah yang di kerjakan ummatmu pada malam Lailatul Qadr lebih baik dari pada seorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil yang beribadah selama delapan puluh tahun”. Lalu malaikat jibril membacakan surat Al Qadr yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemulian (Lailatul Qadr).” “Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan”. “malam kemulian itu lebih baik dari seribu bulan”. Pada malam itu turun para malaikat dan ruh dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan”. “Malam itu penuh kesejahtraan sampai terbit fajar”. Maka dengan turunnya wahyu tersebut yang penuh dengan kabar gembira, Rasulullah Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dan para sahabatnya merasa senang dan gembira dengan adanya Lailatul Qadr.

Kapankah terjadinya malam Lailatul Qadr ??? Yang pasti Lailatul Qadr terjadi disetiap bulan Ramadhan, sebagaimana yang di sepakati oleh Ulama ahli tafsir. Namun yang menjadi perbedaan pendapat adalah tentang hari apa dan tanggal berapa terjadinya malam Lailatul Qadr?

Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa suatu hari Rasulullah menjanjikan para sahabatnya untuk memberitahukan kepada mereka tentang malam keberapa akan terjadanya Lailatul Qadr, akan tetapi karena terjadi perselisihan antara beberapa orang, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala merahasiakan waktu kedatangan Lailatul Qadr di malam malam bulan Ramadhan. Oleh karena itulah para Ulama mengatakan bahwa kedatangan malam Lailatul Qadr ada kemungkinan di awal malam dari bulan Ramadhan atau di salah satu malam di malam-malam bulanRamadhan.

Didalam suatu hadist Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam yang artinya: “Carilah malam lailatul qadar dimalam-malam 10 akhir di bulan Ramadhan”.

Berkata Al Imam Malik, bahwa kedatangan malam Lailatul Qadr itu di malam-malam 10 akhir dibulan Ramadhan dengan tanpa ada ketentuan tanggal atau malam. Menurut pendapat Imam Syafii, Lailatul Qadr kemungkinan besar datang pada tanggal 21 Ramadhan, dan menurut Sayyidatuna Aisyah Radhiallahu Anha Lailatul Qadr datang pada tanggal 17 Ramadhan, sedangkan Sayyiduna Abu Dzar dan Al Hasan Al basri mengatakan bahwasanya kedatangan malam Lailatul Qadr pada tanggal 25 Ramadhan. Tetapi pendapat paling banyak diantara para sahabat, seperti Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Ubay bin Kaab dan Al Imam Ahmad bin Hambal didalam riwayatnya bahwa kedatangan malam Lailatul Qadr pada tanggal 27 Ramadhan dan banyak juga dari Ulama Ulama besar yang mengatakan bahwa kedatangan malam Lailatul Qadr dirahasiakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Inilah pendapat-pendapat yang mengatakan tentang kedatangan malam Lailatul Qadr, lalu bagaimana kita menyikapi hal tersebut? Perlu kita ketahui hikmah di rahasiakannya kedatangan malam Lailatul Qadr adalah agar kita Umat Islam berjaga-jaga dan bersiap-siap dengan melakukan ibadah disetiap malam dibulan Ramadhan tanpa harus menentukan satu malam atau menjadikan malam tertentu lebih dari malam lainnya. Kita harus meningkatkan nilai-nilai ibadah kita dibulan Ramadhan dengan prinsip malam ini lebih baik dari malam kemarin dan seterusnya, dan berharap pada Allah SWT agar diberi taufik untuk beribadah pada malam Lailatul Qadr, sehingga kita mendapatkan ucapan salam dari para malaikat yang turun ke bumi dan masuk ke setiap rumah orang-orang mu’min untuk memberikan salam dan mendoakan kepada penghuni rumah. Bahkan di riwayatkan didalam hadist oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam didalam khutbahnya: “Barangsiapa memberikan makanan untuk orang berbuka puasa dari hartanya yang halal maka malaikat memintakan ampunan dari Allah atas dosa-dosanya sepanjang bulan Ramadhan dan disaalmi oleh Jibril Alaihis Salaam dimalam Lailatul Qadr dan barang siapa yang disalami oleh jibril niscaya lembut hatinya dan banyak air matanya”. Dan apa bila kita ingin mengetahui apakah rumah kita telah di masuki oleh para malaikat dan kita telah di salami olah malaikat Jibril di malam Lailatul Qadr, maka lihatlah diri kita apakah hati kita lembut apakah mata kita selalu mencucurkan air matanya karena Allah? Maka apabila kita telah dapati hal hal tersebut di diri kita maka kita termasuk didalam golongan orang-orang yang berbahagia yang melebihi orang-orang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil dan kita termasuk didalam golongan orang-orang yang patut untuk dibanggakan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam di hari kiamat nanti di hadapan para Nabi dan Rasul.

Di katakan oleh para Ulama bahwa diantara tanda-tanda malam Lailatul Qadr adalah pagi harinya matahari bersinar cerah, tetapi sinarnya tidak terlalu panas dan hari itu penuh dengan ketenangan dan ketenteraman sehingga dikatakan tidak terdengar gonggongan anjing, dan banyak lagi tanda-tanda yang lainnya. Dan juga banyak dari orang-orang yang berhati suci mengetahui kedatangan malam Lailatul Qadr. Sehinngga diriwayatkan didalam hadist bahwasanya istri Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam Sayyidatuna Aisyah Radhiallahu Anha bertanya kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam: “Ya Rasulullah apabila aku mengetahui kedatangan malam Lailatul Qadr apa yang aku baca?” Maka menjawab Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam: “Ya Aisyah apabila egkau mengetahui kedatangan Lailatul Qadr maka bacalah ya Allah sesungguhnya engkau maha pengampun dan menyukai ampunan maka ampunilah aku”.

Dari sini kita mengambil kesimpulan bahwa beberapa orang mengetahui tentang kedatangan malam karena itulah Sayyidatuna Aisyah berkata: “Apabila aku mengetahuinya” dan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam menjawab pertanyaan Sayyidatuna Aisyah sebab apabila pertaanyaan Sayyidatuna Aisyah salah, dan tidak ada orang yang mengetahui kedatangan Lailatul Qadr maka untuk apa Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam menjawab pertanyaan Sayyidatuna Aisyah. Oleh karena itulah diriwayatkan oleh ahli sejarah bahwa dibeberapa kota muslim yang penuh dengan Ulama, seperti di negeri Yaman perempuan-perempuan berbincang-bincang dengan sesama mereka (mengosip) dan mereka mengatakan kepada temannya: “Apakah kamu melihat Lailatul Qadr semalam?” Maka temannya menjawab: “Ya aku pun melihatnya”. Dan begitulah yang menjadi obrolan mereka di pagi hari Lailatul Qadr. (16 September 2008)

Sumber :
http://www.alfurqon.or.id/component/content/article/45-tausyiah/287-rahasia-kedatangan-malam-lailatul-qadr
20 Agustus 2009

Meraih Nikmat Ramadan


Dari Abi Musa Abdullah bin Qais Al-Asy`ari ra dari Nabi Muhammad s.a.w berkata;

"Sesungguhnya Allah s.w.t tetap menghulurkan tangannya pada malam hari agar orang yang bermaksiat pada siangnya bertaubat. Dan masih mengulurkan tangannya pada siang hari agar orang yang bermaksiat pada malam hari akan bertaubat. Sampai matahari terbit dari arah barat (terjadinya kiamat)." (dipetik dari Hadis Riwayat Muslim)

Betapa kasihnya Tuhan kepada umat Islam sehingga memberi ruang dan peluang sehingga detik-detik akhir dunia menuju kiamat, bahawa dosa dan pahala masih diterima ketika itu. Namun, segala pintu taubat dan iman tidak akan dikira ketika matinya anak adam dan terbitnya mentari dari Barat.

Demikianlah persoalan masa dan tempoh yang Tuhan beri untuk umat manusia taat dan sentiasa menyintai-Nya sehingga akhir hayat. Juga sehingga dunia kiamat. Hal ini membuktikan Tuhan Maha Pengampun.

Ramadan muncul lagi. Bulan yang penuh rahmat dan berkat. Bulan yang di dalamnya terbuka pintu syurga dan tertutupnya pintu neraka. Bulan pengampunan dan bulan menyucikan diri. Bulan yang nilainya melebihi bulan-bulan yang lain.

Alhamdulillah, bagi mereka yang masih punya kesempatan menunaikan ibadah sebaiknya di dalam bulan ini. Syukur yang tidak terhingga juga diucap oleh individu yang faham dan tahu betapa besarnya nikmat dan pahala yang bakal diperolehi jika bulan ini diisi sebaiknya dengan amalan yang disunatkan.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah s.a.w berkata;
“Sungguh, telah datang padamu bulan yang penuh berkat, di mana Allah mewajibkan kamu berpuasa, di saat dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu syaitan-syaitan, dan di mana dijumpai suatu malam yang dinilainya lebih berharga dari seribu bulan, maka barang siapa yang tidak berhasil beroleh kebaikannya, sungguh tiadalah ia akan mendapatkan itu buat selama-lamanya.” (Hadis Riwayat Ahmad, Nasa’i dan Baihaqi)

Keistimewaan Ramadan

Meninjau sejarah di dalam kalendar Islam, pelbagai peristiwa yang berlaku di dalam bulan ini boleh dijadikan pengajaran untuk umat Islam membentuk diri menjadi insan yang kamil.

Antaranya, di bulan Ramadan, kesemua kitab Allah diturunkan termasuklah kitab Qur’an yang mula diturunkan dengan turunnya ayat yang pertama sehingga yang kelima surah al-‘Alaq kepada Rasulullah s.a.w semasa baginda di gua Hira’.

Dengan itu bulan Ramadan disebut juga bulan al-Qur’an, bulan untuk membaca al-Qur’an juga bulan memahami ‘bicara Tuhan’. Fahami setiap bicara Tuhan melalui kalam yang dibekalkan kepada kita.

Ramadan juga dikenali sebagai bulan kemenangan.Bukan sahaja kemenangan ketika kita berbuka puasa setelah menahan lapar dan mengawal diri daripada hawa nafsu sepanjang hari, tetapi juga kemenangan yang dirasai dalam bentuk lebih besar iaitu menegakkan syariat dan agama.

Kemenangan beberapa siri peperangan yang berlaku pada bulan Ramadan, menunjukkan bahawa, perjuangan mempertahan Islam tidak mengira lapar dan dahaga, penat atau lelah, sekalipun mengorbankan nyawa.

Antara peperangan yang diharungi oleh orang Islam zaman dahulu ialah Perang Badar al-Kubra yang berlaku pada 8 dan17 Ramadan dimenangi oleh Islam dan inilah kemenangan agung pertama Rasulullah s.a.w bersama pejuang-pejuang Islam menentang kemusyrikan dan kebatilan. Juga terjadinya Perang Tabuk dan Perang Salib yang menguji keteguhan iman pejuang Islam ketika itu. Juga beberapa siri menentang kemaraan tentera musuh yang dihadapi dengan tenang dan penuh keimanan oleh tentera Islam.

Pada tahun ke-2 hijrah juga, zakat fitrah mula disyariatkan. Pada hakikatnya pensyariatan zakat ini adalah tanda kemenangan orang-orang yang berpuasa menentang hawa nafsu dan mengekang kecintaan terhadap harta.

Tidak terlupakan pada 21 Ramadan tahun ke - 8 Hijrah, berlaku peristiwa pembukaan kota Mekah, dan Allah s.w.t memberi kemenangan besar kepada Rasulullah s.a.w dan umat Islam dengan pembukaan kota suci Mekah. Pada mulanya baginda bersama-sama para sahabat meninggalkan Madinah menuju Mekah pada 10 Ramadan dalam keadaan berpuasa. Apabila sampai di al-Kadid, baginda berbuka kerana bermusafir, kemudian pada 21 Ramadan barulah baginda memasuki kota Mekah.

Bulan Ramadan bukan sahaja bulan kemenangan tetapi juga bulan kesabaran, bulan menyucikan hati dan meningkatkan rohani kepada yang lebih baik dan bersih. Pada bulan ini kita bukan sahaja diuji dengan rasa lapar dan dahaga, malahan turut diuji sejauhmana kita mampu mengawal rasa marah, tamak, syak wasangka,dan segala sifat Mazmumah yang harus diganti dengan sifat-sifat Mahmudah.

Berpuasa yang bermaksud menahan lapar dan dahaga serta mengawal hawa nafsu memberi kebaikan yang bukan sedikit kepada masyarakat Islam. Merehatkan perut selama sebulan mampu menghindar segala macam penyakit yang di bawa oleh makanan seterusnya memberi kesan kepada rohani.

Di bulan ini juga, nafsu mampu dibentuk dengan amalan-amalan yang disarankan oleh Allah s.w.t seperti membaca Qur’an dengan memahami isi kandungannya sebaiknya, menjaga lidah daripada berdusta dan memperkatakan tentang hal orang lain, memelihara mata dan telinga daripada melihat dan mendengar perkara yang tidak bermakna, dan berusaha menjaga kesemua pancaindera dan anggota tubuh badan daripada mendekati atau melakukan maksiat dan perkara yang sia-sia.

Namun, sejauhmanakah keistimewaan Ramadan dinikmati dan masih hormatkan masyarakat Islam dengan bulan yang penuh kemuliaan ini?

Ramadan dan masyarakat hari ini.

Meninjau masjid-masjid dan surau-surau ketika bulan Ramadan, memberi tafsiran yang baik. Sudah setengah bulan berpuasa, masjid-masjid dan surau-surau di bandar atau kampung masih dimeriahkan dengan solat fardhu berjemaah, disambung kepada solat terawikh sehingga ke penghujungnya. Malahan, terdapat majlis bertadarus Quran yang disepakati oleh masyarakat Islam serta Qiamulail yang dilakukan demi mengejar pahala dan keberkatan bulan Ramadan ini.

Namun, itulah sahaja perlambangan sambutan Ramadan yang boleh dibanggakan
Selainnya, memang menunjukkan kehadiran bulan Ramadan tetapi tidak selaras dengan apa yang sepatutnya di isi dalam bulan Ramadan.
Sebagai contoh, jualan hari raya pelbagai bentuk dan ragam meliputi pakaian hari raya, kelengkapan rumah, kuih-muih dan sebagainya yang melebihi sepatutnya. Meriahnya Ramadan dengan jualan murah dan menggamit masyarakat memenuhi ruang pusat membeli-belah sehingga lupa segala.

Sememangnya, bulan Ramadan dan Syawal menjanjikan punca rezeki kepada kebanyakan masyarakat Islam yang boleh berniaga pelbagai jenis kuih-muih, hidangan berbuka, pakaian hari raya dan selainnya. Namun, perkara yang tidak wajar dilakukan oleh peniaga muslim ialah menjual makanan dan minuman di bazar Ramadan dengan kualiti yang rendah.

Isu makanan basi, tidak memenuhi jangkaan dan buat sekadarnya, amat memalukan apatah lagi, peniaga ini hanya berpeluang sebulan berniaga sambil beribadah. Sengaja menaikkan harga dengan alasan yang pelbagai, menggunakan bahan yang rendah kualitinya serta tidak memberikan perkhidmatan layanan yang baik semasa berurusniaga dengan pelanggan antara hal yang perlu diambil berat oleh peniaga.
Kata orang, berniaga, berniaga juga, tapi jangan sampai menimbulkan rasa kurang senang antara kedua pihak sehingga membatalkan akad jual beli.

Sikap dan mentaliti masyarakat Islam juga perlu diperbetulkan dalam menyambut bulan Ramadan dan syawal ini. Berbuka dengan cara yang mewah bukan tujuan sebenar berpuasa. Sudah menjadi tren masa kini, masyarakat lebih gemar berbuka di hotel-hotel yang kebanyakannya melupakan konsep bersederhana.

Padahal, yang disaran melalui bulan Ramadan ialah menginsafi diri dan menundukkan nafsu yang membawa kepada perkara yang tidak sepatutnya. Berbuka di rumah bersama ahli keluarga, bersederhana dalam menyedia hidangan serta melakukan ibadah lain dengan selesa dan sempurna, merupakan cara yang dituntut dalam Islam.

Bukanlah tidak boleh berbuka di hotel atau restoran. Ia masih boleh dilakukan apatah lagi jika berbuka bersama ahli keluarga sekali sekala. Apa yang dibimbangkan ialah, jika kerap benar berbuka di hotel, rohani akan mudah terpesona dengan makanan dan hidangan yang mewah sehingga lupa kepada golongan miskin dan anak yatim yang serba kekurangan.

Kesimpulan

Ramadan yang dicitrakan sebagai bulan yang lebih baik daripada seribu bulan merupakan anugerah Tuhan kepada hamba-Nya. Anugerah yang tidak ternilai yang perlu dihayati mengikut syariat dan lunas-lunas yang diajarkan melalui sunnah dan hadis nabi dan terutamanya mengikut landasan yang diettapkan oleh Qu’ran.

Terpesona dengan makanan mewah semasa berbuka sehingga lupa pada yang tidak berdaya, merupakan satu hal yang terkeluar dari tujuan menjalani ibadah puasa. Begitu juga dengan pembaziran yang dilakukan untuk menyambut hari raya. Sedangkan, bulan Syawal itu adalah bulan merai mereka yang berpuasa dan juga merupakan bulan yang harus dihayati dengan keimanan yang tinggi.
Bagi peniaga pula, meraih rezeki yang halal di bulan Ramadan biarlah dengan cara yang betul dan penuh ibadah. Adakah kerana wang semata, maka mereka sanggup mengenepikan penghayatan Ramadan yang menuntut umatnya menundukkan nafsu tamak haloba, menipu, tidak amanah dan sebagainya?

Masih belum terlambat untuk kita mengubah rutin dan amalan berpuasa. Masih berbaki lebih kurang 5 hari untuk kita menyudahkan puasa dengan penuh ketaatan dan penghayatan. Mengisi 5 hari dengan memperbanyakkan ibadah di siang dan malam hari. Mengisi 5 hari dengan sifat mahmudah yang akan menaikkan taraf kita di sisi Tuhan. Mengisi 5 hari terakhir dengan keinsafan yang tinggi tentang apa sebenarnya yang perlu dilakukan di bulan ini. Juga mengisi 5 hari yang masih berbaki ini dengan ketakwaan menanti Lailatulqadar yang memberi seribu makna.

Selasa, 10 Agustus 2010

MARHABAN YA RAMADHAN

MARHABAN ya Ramadhan, Ahlan wa Sahlan bi hudlurikum. Kami menyambut dengan senang hati wahai bulan Ramadan, selamat datang atas kehadiranmu. De mi kianlah tulisan dan sapaan mesra di banyak spanduk, radio, dan televisi. Penggambaran rasa senang, gembira, dan kemanjaan dengan hadirnya bulan suci Ramadan, bulan kasih sayang, bulan pengampunan, dan dibebaskan dari api neraka (rahmah, maghfirah, dan ’itqun minan nar).

Sebelas bulan telah lewat, dengan hiruk pikuk rutinitas manusia. Awalnya semangat dengan ”modal” kesucian (fitri) di tahun yang lalu. Namun dalam perjalanannya, ujian, cobaan, godaan, dan perangkap duniawi yang hedonis, materialistis, konsumtif, memerangkap dirinya. Keserakahan mendominasi hati, pikiran, dan perilaku mereka.

Banyak kesalahan dan kekeliruan dilakukan, baik dalam rangka mengasah kesalihan individu, terkait dengan pelaksanaan tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah SWT. Salat wajib lima waktu sering bolong-bolong karena disibukkan dengan beban pekerjaan, tugas kedinasan, dan penyaluran kegemaran lainnya.

Alhamdulillah di Masjid Nurul Iman, Kecamatan Muara Kaman pelaksanaan Shalat Tarawih dan Wittir berjalan tertib. Jama'ah yang hadir memenuhi Masjid lumayan banyak. Mereka hadir tentu dengan misi yang sama untuk meraih pahala besar dan ridha dari Allah Swt di malam Mubarak.

Secara kebetulan saya mendapat giliran pertama untuk mengimamkan Shalat tarawih dan Wittir tersebut. Kendati sedikit nervous, lantaran setahun lamanya tidak pernah melakukan amanah ini, namun berkat pertolongan Allah, tugas ini dapat saya laksanakan dengan lancar.

Ba'da shalat Tarawih dan Wittir dilanjutkan dengan Tadarus Al Qur'an yang diikuti oleh Ustadz-Ustadzah TKA Darussalam Muara Kaman, Kelompok Pengajian Miftahul Jannah, dan jama'ah lainnya.

Semoga di Bulan Suci Ramadhan 1431 Hijriyyah ini, kita semua mendapatkan maghfirah dan rahmat yang tiada tara dari Sang Maha Pencipta Alam Semesta Raya.

Selasa, 03 Agustus 2010

Pentingnya Pendidikan

Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa, dan merupakan wahana dalam menterjemahkan pesan-pesan konstitusi, serta sarana dalam membangun watak bangsa (nation character buliding). Masyarakat yang cerdas akan memberi nuansa kehidupan yang cerdas pula, dan secara progresif akan membentuk kemandirian, dan kreativitas.

Bangsa Indonesia bisa merdeka juga juga tak lepas dari peran pendidikan. Para Pahlawan Pendidikan seperti Ki hajar Dewantara, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Dr. Douwes Dekker merupakan bukti peran pendidikan dalam pembangunan bangsa Indonesia. Mereka merintis pendidikan nasional dengan mendirikan Taman siswa pada tahun 1922, dan secara bertahap meningkatkan pemahaman, kesadaran, serta kecerdasan masyarakat Indonesia, sehingga menjadi bangsa yang merdeka, dan berdaulat seperti sekarang ini.

Menyadari hal tersebut, untuk mewujudkan masyarakat madani dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang lebih demokratis, transparan, dan menjunjung tinggi Hak Azasi manusia, hanya dapat dilakukan melalui pendidikan. Hanya melalui pendidikan yang benar bangsa ini dapat membebaskan diri dari belenggu krisis multidimensi yang berkepanjangan. Melalui pendidikan, bangsa ini dapat membebaskan masyarakat dari kemiskinan, dan keterpurukan. Melalui pendidikan pula, bangsa ini mengembangkan sumber daya manusia yang memiliki rasa percaya diri untuk bersanding dan bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia bahkan dalam era kesemrawutan global.

Tanpa pendidikan yang kuat, dapat dipastikan bangsa Indonesia akan terus tenggelam dalam keterpurukan. Tanpa pendidikan yang memadai, bangsa Indonesia akan terus dililit dari kebodohan, keterbelakangan, dan kemiskinan. Tanpa pendidikan yang baik, bangsa Indonesia sulit meraih masa depan yang cerah, damai dan sejahtera.

Persoalannya, pendidikan yang bagaimanakah yang harus dikembangkan untuk membebaskan masyarakat dari keterpurukan, agar dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa, serta membebaskan bangsa dari ketergantungan terhadap negara lain. Jawabannya sederhana, yakni pendidikan yang dapat mengembangkan potensi masyarakat, mampu menumbuhkan kemauan, serta membangkitkan nafsu generasi bangsa untuk menggali berbagai potensi, dan mengembangkan secara optimal bagi kepentingan pembangunan masyarakat secara utuh dan menyeluruh. Pendidikan demikianlah yang mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas serta memiliki visi, transparansi, dan pandangan jauh ke depan; yang tidak hanya mementingkan diri dan kelompoknya, tetapi senantiasa mengedepankan kepentingan bangsa dan negara dalam berbagai aspek kehidupan.