Perbedaan antara yang MUNGKIN dan TIDAK MUNGKIN, terletak pada TEKAD KITA.

Senin, 06 April 2015

LINGKUNGAN HIDUP MILIK BERSAMA YANG DIWARISKAN



Dari manakah Kau dapat harta yang berlimpah ruah, kendaraan mewah, rumah megah. Tidakkah dari kerakusanmu mengeruk bumi?  Tanah semakin tandus, sungai kering kerontang,  asap tebal mengepul dari hutan yang terbakar, aneka ragam satwa semakin punah.
Tidakkah Kau sadar, betapa banyak generasi setelah kita nanti, yang juga ingin mengharap keindahan alam, menghirup udara segar, mendengar suara kicau burung, di sela-sela  hijau ranaunya pepohonan.
Sadarlah, Alam kita adalah alam anak cucu kita, yang harus kita wariskan kepada mereka. 

World Resource Institute, sebuah lembaga sosial yang bergerak di bidang lingkungan mencatat bahwa Indonesia memiliki 10 persen dari hutan tropis dunia. Hutan Indonesia didiami 12 persen spesies binatang mamalia, 16 persen spesies binatang reptile dan ampibi. Lebih dari 1.500 spesies burung dan perairannya didiami 25 persen dari spesies ikan dunia. Akan tetapi, hutan Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Penebangan hutan yang tidak terkendali, kebakaran lahan yang tidak teratasi, menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran. Bahkan Indonesia tercatat sebagai salah satu wilayah dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia.

Persoalan tersebut hanya sebagian  dari krisis lingkungan yang kita alami. Serangkaian bencana alam membahayakan biosfer dan ekosistem makhluk hidup, gempa bumi yang melanda, tsunami yang menghempas, gunung meletus memuntahkan lahar, banjir dan tanah longsor, merupakan fenomena yang akrab dengan penduduk bangsa Indonesia. Sementara itu, secara global telah terjadi kerusakan yang mengkhawatirkan, mulai dari kerusakan lapisan ozon, pemanasan global, efek rumah kaca, mencairnya es kutub, perubahan ekologi, dan berbagai bencana di beberapa belahan dunia. Bahkan belakangan ditemukan banyaknya kasus pulau yang lenyap dari peta dunia karena naiknya permukaan laut diiringi kepunahan spesies binatang tertentu.
Fenomena tersebut menandakan ketidakharmonisan hubungan manusia dengan lingkungan yang akibatnya dirasakan oleh manusia itu sendiri. Erward Buckle menyindir dalam History of Civilization in England. beliau mengatakan “if the habitat was cared will give function, but if not it would make destroy.”  Jika kita ramah pada alam, maka alam akan memberikan hasil guna, tetapi jika kita merusak alam, maka bencana yang akan menimpa. Seharusnya kita sadar, bahwa alam semesta ini adalah ciptaan terindah Allah yang wajib dijaga kelestariannya untuk diwariskan pada generasi di masa depan.



Sebagai referensi pembahasan ini, marilah kita simak bersama firman Allah dalam surah Ar-Rum ayat 41-42, yang artinya: 
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)."

Secara eksplisit ayat ini menegaskan bahwa kerusakan di muka bumi disebabkan oleh tangan manusia. Bencana yang datang silih berganti, bukanlah fenomena alam semata, melainkan akibat perbuatan manusia yang mengeksploitasi alam tanpa diiringi upaya menjaga kelangsungan kelestariannya. Keangkuhan tangan-tangan manusia yang berlindung di balik dalih sains dan teknologi telah mengikis habis keramahan alam, sehingga yang nampak adalah krisis lingkungan, polusi dan malapetaka atomik, menipisnya lapisan ozon di atmosfir, banjir yang menyebarkan wabah penyakit, erupsi gunung yang menelan korban jiwa, dan kebakaran hutan yang mengakibatkan kerugian ekonomi. Quraish Shihab menyatakan bahwa kehidupan makhluk-makhluk Allah saling terkait, sehingga harus saling menjaga satu sama lain, karena jika terjadi gangguan pada salah satunya, maka yang lain akan terkena dampaknya. Artinya hubungan manusia dengan lingkungan hidup adalah hubungan kebersamaan dalam ketundukan dan kepatuhan kepada Allah, karena hamparan alam semesta adalah ayat-ayat kauniyyah  yang hukum menjaga kelestariannya disyaratkan dalam ayat-ayat qauliyah.

Imam Thabathaba’i berpendapat bahwa alam raya dengan segala bagiannya yang rinci, saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Seluruh hukum alam adalah sebuah ketetapan dari Allah, yang telah memerintahkan bumi untuk tunduk dan berkenan memberikan manfaatnya bagi manusia. Allah pula yang telah menundukkan lautan agar manusia mampu mengarunginya. Oleh karena itu, manusia wajib memanfaatkan lingkungan hidup dengan baik serta melindungi makhluk-makhluk lain yang hidup di dalamnya. Bukankah lingkungan hidup ini adalah milik bersama yang harus kita wariskan pada anak cucu kita nanti.
Bagaimana idealnya lingkungan hidup yang akan kita wariskan kepada generasi masa depan? Mari kita simak jawabannya dalam firman Allah dalam surah al Hijr ayat 19-20 yang artinya:


“Dan kami Telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan kami Telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya.”



Dalam mengkaji ayat ini, Prof. Dr. Quraish Shihab dalam Kitab Tafsir al Misbah menuliskan bahwa Allah menumbuhkembangkan bumi dengan aneka ragam tanaman untuk kelangsungan hidup manusia. Allah menciptakan bumi seakan-akan terhampar, sehingga mudah didiami manusia dan memanfaatkan dengan bercocok tanam di atasnya. Diciptakan-Nya pula jurang-jurang yang dalam, dialiri sungai-sungai kecil, kemudian bersatu menuju samudera luas. Diciptakan-Nya pula di atas bumi itu gunung-gunung yang menjulang ke langit, dihiasi oleh aneka ragam tanaman dan tumbuh-tumbuhan yang menghijau, yang menyenangkan hati orang-orang yang memandangnya.

Pada ayat 20 Allah menerangkan tentang anugerah yang tidak terhingga kepada manusia, yaitu diciptakannya bermacam-macam keperluan hidup bagi manusia. Dia ciptakan tanah yang subur, Dia ciptakan air yang dapat diminum dan menghidupkan tanam-tanaman, Dia ciptakan laut yang di dalamnya hidup bermacam-macam jenis ikan yang dapat dimakan serta mutiara dan barang-barang yang tak ternilai harganya.
Sebagai penutup tulisan  ini, penulis mengajak pada saudara generasi muda bangsa, mari kita lestarikan lingkungan hidup kita, sebagai amanah yang harus kita jaga. Kita telah mewarisi bumi ini dari nenek moyang kita, dan kita harus mewariskannya pada anak cucu kita. Wariskan alam Indonesia sebagai jamrud yang berada di bawah dataran katulistiwa, wariskan alam Indonesia sebagai sekeping tanah syurga yang dihamparkan di persada nusantara. Alangkah inidahnya alam ini, jika setiap individu mampu mengemban amanah dan memelihara serta melestarikan lingkungan hidup yang kita huni, sehingga tidak sekadar dapat kita nikmati hari ini, akan tetapi dapat kita wariskan kepada generasi masa depan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar