Perbedaan antara yang MUNGKIN dan TIDAK MUNGKIN, terletak pada TEKAD KITA.

Selasa, 07 April 2015

MENJADIKAN SEJARAH SEBAGAI CERMIN KEHIDUPAN MASA DEPAN





Kaum Muslim, Sidang Majelis Jumat Rahimakumullah.
Jika hari ini kita masih diberikan Hidayah untuk menghirup udara kehidupan sehingga terpanggil datang ke Masjid untuk melaksanakan shalat Jumat, tentu saja semua adalah karena rahmat, kuasa dan kehendak Allah Azza wajalla. Adalah sangat pantas dan wajar, dengan rahmat yang terus menerus kita terima, kita bersyukur kepada-Nya. Semoga dengan bersyukur,  nikmat kita rasakan semakin bertambah, dan takwa kita semakin berkualitas.
Sahalawat dan Salam tentu saja selalu tercurah kepada Pemimpin Sejati Nabi Muhammad SAW. Untuk keluarga, sahabat, dan Pengikut Beliau sampai akhirul zaman.

Kaum Muslimin Jamah Jumat,  Rahimakumullah
Prof. Arnold Toynbee, seorang sejarawan dan Filsuf abad ke 20 mengatakan, “tiada suatu jiwapun yang hidup di alam raya ini tanpa mendapatkan tantangan dan rangsangan untuk memikirkan misteri alam semesta dan mengungkapkan masa lalu yang penuh peristiwa.
Ungkapan ini mengisyaratkan kita bahwa di balik keindahan alam nan indah mempesona, kesempurnaan struktur natural dan peraturannya yang menakjubkan, tersimpan kesan-kesan masa lalu yang patut kita telusuri, kita  baca, kita teliti, dan kita gali untuk menjadi batu pijakan dalam melangkah dan menggapai kemuliaan di masa datang. Sebab, bila kita tak mau menengok ke belakang, tidak pandai bercermin pada sejarah, kita tidak akan pernah tahu dan menghargai jasa para leluhur. Akibatnya, kita akan terjatuh dua kali dalam satu lubang, kita akan mengulangi kegagalan. Kita diibaratkan seperti seorang buta yang berjalan tanpa tongkat, kita akan sulit bangkit, maju dan jaya. Apalagi bersaing dan sejajar dengan orang yang sudah maju. Itulah pentingnya kita bercermin pada sejarah masa lalu.

Kaum Muslimin Jamah Jumat,  Rahimakumullah
Berkenaan dengan pentingnya mempelajari sejarah, maka pada kesempatan ini khotib akan sedikit menyumbang gagasan dalam judul khutbah:  Menjadikan Sejarah sebagai Cermin Kehidupan dalam Menyongsong Masa Depan, Dengan landasan QS Ali Imran ayat 137:
Terjemahannya: Sesungguhnya Telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah[230]; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

Ayat ini dijelaskan oleh Imam Ali As-Shabuni, bahwa telah berlaku sunah-sunah Allah pada umat-umat terdahulu berupa kehancuran, akibat sikap menentang mereka kepada para utusan Allah. Melalui ayat ini kita diperintahkan supaya mengambil pelajaran dan peristiwa masa lalu, dengan menyaksikan kehancuran-kehancuran yang pernah menimpa para pendusta dan pelaku dosa.
Dengan mempelajari sejarah masa lalu kita akan menemukan sosok Fir’aun, seorang tirani, dictator, gila hormat, rakus kekuasaan serta memaksa rakyat untuk memuji dan memuja bahkan sampai pada puncak kedurjanaannya, memproklamirkan diri menjadi Tuhan dan akhirnya dia ditenggelamkan di Lautan Merah.

Bagaimana jika jika kisah masa lalu itu kita kaitkan dengan kondisi zaman sekarang, terutama di Negeri kita tercinta ini? Ternyata, sosok-sosok pembangkang, pelanggaran aturan-aturan Allah, pelaku maksiat, manusia-manusia sombong, yang berebut jabatan, masih bergentayangan di negeri ini.
Bukankah di Negeri ini memiliki aktor-aktor tangguh yang tampil di panggung sejarah dengan mengagumkan, seperti Sang Proklamator Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, dan Pahlawan Pergerakan Kemerdekaan: Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Sultan Hasanuddin, Teuku Umar. Mereka dengan ikhlas mengorbankan jiwa raga bahkan nyawa sekalipun, dengan satu tujuan untuk mengusir kaum imperialis dari persada Bumi Indonesia. Semua itu mereka lakukan dengan dasar rasa cinta yang tinggi terhadap tanah air.
Jika kita ingin membuka jalan kejayaan di masa lalu untuk menyongsong masa depan yang cerah, maka kita patut mencontoh, meniru dan meneladani sifat dan sikap leluhur kita itu, yakni menumbuhsuburkan rasa cinta yang tinggi terhadap tanah air. Rasulullah SAW menandaskan “Cinta Tanah Air itu Sebagian dari Iman.”
Karenanya kita harus satu pendapat bahwa sejarah tidak cukup hanya ditulis, dibukukan, dimuseumkan, diajarkan, diseminarkan. Namun lebih jauh dari itu, penelitian dan penggalian sejarah harus dijadikan cermin yang membawa kea rah perubahan total akhlak dan sikap kita menuju arah yang lebih baik, guna menyongsong kemuliuaan di masa mendatang.

Apa yang harus kita lakukan dan siapkan?
Jawabannya tak lain adalah: Kita harus memperteguh keimanan dan ketakwaan. Kita jadikan sejarah sebagai sarana memperteguh keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah. Hal ini pernah ditegaskan Allah dalam Surah Hud ayat 120:
Terjemahannya:  Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surat Ini Telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.

Demikian penjelasan Allah tentang hikmah menjadikan sejarah sebagai cermin, yaitu keteguhan hati, keyakinan terhadap kebenaran janji Allah terhadap para pelaku sejarah, serta kesiapan menjadikan sejarah sebagai cermin dalam menyongsong masa depan yang lebih berharga.
Ingatlah : Panggung sejarah selalu dimainkan oleh tokoh yang terbaik dan terburuk. Dan kita harus bercermin dari peristiwa YANG BURUK UNTUK TIDAK TERJADI PADA KEHIDUPAN KITA. Dan menjadikan contoh serta teladan terhadap tokoh-tokoh sejarah yang mulia untuk menjadi lampu penerang dalam melangkah menuju masa depan yang cerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar